MediaUmat – Peneliti Masyarakat Sosial Politik Indonesia (MSPI) Dr. Riyan, M.Ag., menilai, peristiwa demonstrasi besar-besaran di Madagaskar yang berujung kudeta militer memberikan pelajaran penting bagi bangsa Indonesia, betapa krusialnya kehadiran pemimpin yang adil, bertanggung jawab, dan benar-benar melayani rakyat.
“Pelajaran penting yang harus diambil adalah hadirnya pemimpin yang adil, bertanggung jawab, dan melayani rakyat,” ujarnya kepada media-umat.com, Ahad (19/10/2025).
Respons pemerintah Madagaskar yang lamban dan represif justru memperparah situasi hingga berujung pada kudeta militer ini, tegas Riyan, bisa menjadi cermin bagi Indonesia agar tidak mengulangi kesalahan serupa. Pemerintah Indonesia, harus selalu sigap dan empatik terhadap suara rakyat, terutama dalam persoalan kesejahteraan dan keadilan sosial.
“Bila dilihat dari akar masalah, ada persamaan pada persoalan struktural yang terjadi di Madagaskar dan Indonesia terkait dengan arah pembangunan yang sekuler-kapitalistik yang hanya melahirkan berbagai ketimpangan dan keterbatasan akses kepada fasilitas publik, seperti air, listrik, dan potensi korupsi,” katanya.
Hal ini, sebut Riyan, memperlihatkan betapa rapuhnya fondasi pemerintahan yang dibangun di atas sistem sekuler-kapitalistik. Sistem semacam itu hanya melahirkan ketimpangan dan keterbatasan akses publik terhadap kebutuhan dasar.
“Kalau sistemnya masih sekuler-kapitalistik, mustahil rakyat akan benar-benar sejahtera. Hasilnya hanya tambal sulam dan parsial,” jelasnya.
Selain itu, ia menyoroti pentingnya kontrol sosial yang dilakukan masyarakat melalui amar ma’ruf nahi munkar agar penguasa tidak semena-mena.
Namun, ia juga mengingatkan agar aksi semacam itu tidak ditunggangi oleh kepentingan elite atau penumpang gelap yang ingin menebar kekacauan.
Menurut Riyan, di era digital seperti sekarang, media sosial bisa menjadi sarana efektif untuk menyampaikan aspirasi secara damai dan terarah. Namun ia mengingatkan adanya risiko digital party—yakni gerakan massa yang cair, tanpa pemimpin formal, dan rawan disusupi provokator.
“Jangan sampai menjadi celah terjadinya berbagai peluang untuk masuknya kerusuhan, kekerasan, pengrusakan fasilitas umum, dan apalagi korban baik luka maupun meninggal dunia,” pesannya.
Riyan juga menyoroti fenomena generasi muda, terutama Gen Z, yang memainkan peran besar dalam mobilisasi digital di berbagai negara, termasuk Madagaskar.
Ia menjelaskan, gerakan massa semacam ini bisa sangat dinamis. Namun rentan ditunggangi oleh kepentingan lain, baik politik maupun militer, masyarakat perlu berhati-hati agar aksi sosial tidak berubah menjadi alat untuk perebutan kekuasaan.
“Kontrol sosial masyarakat atau istilahnya amar ma’ruf nahi munkar, terlebih kepada penguasa yang zalim adalah bagian dari kewajiban masyarakat,” ujarnya.
Lebih jauh, ia menekankan bahwa akar perubahan sejati bukanlah pada pergantian tokoh, melainkan pada perubahan sistem. Dibutuhkan asas, kerangka pikir (mind set), pandangan dunia (world view), dan sistem aturan yang baru, agar harapan yang hakiki dapat diraih dan diwujudkan.
“Penggantinya sistem ini adalah Islam. Sistem yang berasaskan akidah islamiah, melahirkan pemerintahan yang menerapkan Islam secara kaffah dan ekonomi yang berbasis keberkahan karena dipandu syariat Islam dalam setiap detailnya,” tuturnya.
Menurutnya, sistem Islam memberikan jaminan keadilan dan kesejahteraan melalui pemimpin yang memahami peran sebagai pelindung rakyat, bukan penguasa yang menindas. Dengan ditopang ketakwaan individu, membuat masyarakat dan negara tegak berdiri dalam keberkahan dunia dan akhirat.
Ia mengutip sabda Nabi Muhammad SAW, bahwa pemimpin adalah junnah (perisai) bagi umatnya.
“Sehingga pilar tegaknya masyarakat yang baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur, sebuah negeri dan masyarakat yang diliputi kebaikan dan dalam naungan ampunan Allah SWT,” tandasnya.
Peristiwa di Madagaskar bermula dari demonstrasi yang dilakukan oleh generasi muda sejak 25 September 2025. Awalnya, massa menuntut perbaikan pelayanan publik seperti air dan listrik. Namun protes itu kemudian berkembang menjadi desakan agar Presiden Andry Rajoelina mundur dari jabatannya.[] Lukman Indra Bayu
Dapatkan update berita terbaru melalui saluran Whatsapp Mediaumat