Darah Muslim Gaza Masih Tumpah, Sekat Nasionalisme Tetap Kokoh

 Darah Muslim Gaza Masih Tumpah, Sekat Nasionalisme Tetap Kokoh

Oleh: Erlis Agustiana | Aktivis Muslimah

Genosida masih mengintai Gaza bahkan dengan cara yang makin mengerikan. Warga Palestina yang terbunuh dalam peristiwa genosida sekurang-kurangnya 59.106 jiwa (Anadolu Ajansi/22/07/2025 ).

Upaya untuk memudahkan genosida muslim Gaza, dilakukan dengan berbagai cara, hingga isu uji coba senjata pun mengemuka. Menahan masuknya bantuan makanan menjadi salah satu kebijakan, agar penduduk Gaza meninggal disebabkan kelaparan, titik pengambilan bantuan ditetapkan agar masyarakat yang sudah berkumpul bisa sebagai sasaran serangan .

Gaza masih diliputi luka sejak awal invasi zionis lebih dari sembilan bulan silam. Yang paling merasakan pedihnya adalah anak-anak tak berdosa dan perempuan yang tak berdaya menghadapi kekejaman Israel.
Dalam insiden tragis terbaru, lima belas warga, termasuk sepuluh anak-anak tewas dibombardir saat mengantre bantuan di sebuah klinik kesehatan di Gaza utara (tirto.id/11/07/2025).

Dunia justru memperlihatkan kebisuannya. Standar ganda kembali ditunjukkan Amerika, pelaku genosida bahkan didiamkan, sementara itu justru Amerika menghukum Francesca Albanese—Pelapor Khusus PBB—karena berani mengungkap peran Israel dan jaringan korporasi global dalam aksi biadab terhadap rakyat Gaza.

Ini bukan lagi soal politik luar negeri, tapi soal kejahatan terhadap kemanusiaan yang disengaja, berulang, dan dibiarkan.

Genosida yang Disahkan oleh Dunia

Apa yang dilakukan Israel di Gaza bukan sekadar “perang membela diri” sebagaimana narasi palsu yang terus diputar. Genosida telah dilakukan dengan terang-terangan, yang menjadi target adalah rakyat sipil, penghancuran infrastruktur dasar, pemberlakuan blokade total, serta kriminalisasi bantuan kemanusiaan.

Sayangnya, semua dilakukan dengan izin diam-diam dari dunia internasional, terutama dari Amerika Serikat. Amerika tidak hanya melindungi Israel secara politik di PBB, tetapi juga menjadi pemasok utama senjata, teknologi, dan legitimasi. Bahkan, ketika suara keadilan disuarakan oleh pejabat PBB, mereka justru dibungkam dengan sanksi dan teror diplomatik.

Mengapa Umat Tak Bisa Membela Gaza?

Pertanyaan mendasar yang harus kita renungkan: Mengapa umat Islam di dunia, yang berjumlah lebih dari 1,8 miliar jiwa, tak mampu menghentikan kebiadaban ini?

Jawabannya: karena tidak ada satu pun institusi politik Islam yang bisa memobilisasi kekuatan umat. Negeri-negeri Muslim tercerai-berai dalam sekat nasionalisme. Tentara kaum Muslim disibukkan dengan urusan di dalam negeri sebatas menjaga istana para penguasa, tidak ada yang menggerakkan membela saudara seiman di Gaza. Sementara disisi lain, umat hanya diajak untuk:
berdonasi, berdoa,berdemo.

Semua itu tidak salah, tapi jelas tidak cukup dan tidak menyelesaikan akar masalah.

Khilafah dan Jihad Pembebas Palestina

Sepanjang sejarah umat Islam, dengan Jihad yang dikomando oleh Khilafah, dua kali sudah Palestina dibebaskan, pertama pada tahun 638 M di era Khalifah Umar bin Al Khattab, oleh pasukan yang dipimpin Abu Ubaidal al Jarrah dan yang kedua tahun 1187 M di era Khalifah al-Nashir li Dinillah, oleh Sultan Shalahuddin Al Ayyubi

Khilafah adalah institusi pelindung umat, yang akan mengerahkan kekuatan militer dan politik untuk membebaskan negeri-negeri yang terjajah.

Jihad fi sabilillah adalah kewajiban kolektif, bukan pilihan. Ketika tanah Muslim diserang, maka wajib ada penguasa Muslim yang menggerakkan pasukan untuk melindunginya.

Hukum Islam melarang kaum Muslim memiliki hubungan dengan penjajah dan pendukungnya, termasuk perkara yang harus dilakukan adalah melakukan embargo ekonomi dan boikot teknologi. Bukan malah berdamai dan berdagang sebagaimana fakta yang ada saat ini

Penyadaran Umat Harus Segera

Umat Islam harus segera sadar, bahwa musuh utama kita bukan hanya Israel, tapi sistem global yang menopangnya.

Donasi dan demo tak akan pernah cukup tanpa diikuti adanya perubahan sistemik.

Kebangkitan umat hanya bisa terjadi jika kita kembali kepada Islam kaffah, dalam bentuk institusi Khilafah ‘ala minhaj an-Nubuwwah

Sudah cukup panjang darah yang tumpah. Sudah cukup lama Gaza berteriak sendiri. Kini saatnya kita berhenti hanya bersimpati, dan mulai menyadari bahwa perjuangan ideologis dan politik Islam adalah jalan satu-satunya untuk membebaskan Palestina.
Allah SWT berfirman
وَإِنِ اسْتَنصَرُوكُمْ فِي الدِّينِ فَعَلَيْكُمُ النَّصْرُ إِلَّا عَلَىٰ قَوْمٍ بَيْنَكُمْ وَبَيْنَهُم مِّيثَاقٌ ۗ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ}
Dan sekiranya mereka meminta pertolongan kepadamu dalam urusan agama, maka kamu wajib memberikan pertolongan, kecuali terhadap kaum yang telah ada perjanjian antara kamu dengan mereka.” (QS. Al-Anfal: 72)

Dapatkan update berita terbaru melalui saluran Whatsapp Mediaumat

Share artikel ini:

Related post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *