Dalam Aspek Politik Konflik India-Pakistan, AS Tidak Netral

MediaUmat Posisi Amerika Serikat dalam konflik India-Pakistan, menurut Pengamat Hubungan Internasional Hasbi Aswar, Ph.D., secara aspek teknis negosiasi adalah pihak netral, tapi dalam aspek politik, tidaklah netral.

“Amerika Serikat itu memang dari tadi, aspek teknis negosiasi ini adalah pihak netral. Tapi, kalau dalam aspek politik ya, Amerika tidaklah netral ya,” ujarnya dalam Kabar Petang: China Jor-Joran! Jet Tempur Pakistan Bantai India, Tapi Awas… Kamis (22/5/2025) di kanal YouTube Khilafah News.

Pasalnya, jelas Hasbi, AS memiliki kepentingan tersendiri, baik itu kepada Pakistan maupun India di kawasan tersebut. “Itu cooling down istilahnya atau menjaga stabilitas,” ujar Hasbi.

Pasalnya, sebut Hasbi, dua negara ini adalah negara besar di kawasan Asia Selatan, dan keduanya pula adalah negara mitra AS.

Walaupun, lanjutnya, Pakistan ini secara ekonomi juga militer saat ini banyak bergantung pada Cina, tapi Pakistan itu tetap jadi salah satu mitra strategis bagi AS dalam melawan Uni Sovyet.

“Kita lihat, misalnya, bagaimana Pakistan bekerja sama dengan Amerika untuk mendukung para mujahid di Afghanistan untuk melawan Uni Soviet,” jelasnya.

Kemudian, sebutnya, Pakistan juga bekerja sama juga dalam isu kontra terorisme di Afghanistan sejak tahun 2001.

“Walaupun, Amerika tidak puas dengan itu, tapi artinya bahwa Pakistan itu secara posisi sangatlah penting buat Amerika Serikat,” ungkapnya.

Artinya, ungkap Hasbi, bahwa secara politik baik India dan Pakistan itu adalah dua negara yang penting bagi AS.

“Sehingga Amerika punya kepentingan agar dua negara ini tidak habis-habisan, atau tidak berperang habis-habisan,” tambahnya.

Karenanya lagi, ketika dua negara ini berperang, kemudian energi mereka terkuras habis, akan berpengaruh dalam kondisi global.

“Saya kira kurang lebih akan mempengaruhi kondisi global, secara ekonomi, politik, secara keamanan apalagi Pakistan ini kan rentan ya,” bebernya.

Kalau dari perspektif Barat, sebut Hasbi, wilayah Asia Tengah, Timur Tengah ini adalah wilayah yang tumbuh suburnya kelompok militan dan perlawanan.

“Nah, Pakistan ini salah satu mitra kerja sama Amerika untuk melawan atau untuk membendung, atau membatasi gerakan-gerakan mujahidin atau perlawanan,  gerakan teroris menurut mereka (AS),” bebernya lagi.

Maka, sambungnya, jika Pakistan disibukkan oleh perang lalu terkuras habis, maka itu akan membuka peluang bagi militan muncul dan melaksanakan aksi-aksi mereka.

“Dan saya kira Amerika sangat paham bahwa, itu tidak akan mungkin dibiarkan oleh Amerika Serikat, jadi alih-alih perang untuk masalah Kashmir, ya masih bisa dinegosiasikan,” tuturnya.

Karenanya juga, menurut Hasbi, Amerika ini mengedepankan kepentingan yang lebih luas, global, seperti pada perang Ukraina Rusia, yang luar biasa hingga memporak-porandakan, dan mempengaruhi ekonomi dunia.

Termasuk, tambahnya, perang Gaza juga sama dengan adanya milisi Houthi yang mengganggu Laut Merah itu juga kurang lebih berpengaruh terhadap lalu lintas perdagangan dunia.

“Nah, kalau ditambah lagi perang Pakistan-India, wah hancur lebur ini, bisa perang dunia ketiga akhirnya,” sebutnya.

Oleh karena itu, Hasbi menyimpulkan bahwa jika itu terjadi, dunia akan semakin ambruk, ditambah ekonomi sekarang yang sedang terpuruk.

“Amerika saya kira punya kepentingan besar untuk menjaga stabilitas politik dunia,” pikirnya.

Akhirnya, tegas Hasbi, itulah sisi Amerika yang tidak netral untuk kepentingan politik AS sendiri.[] Nandang Fathurrohman

Dapatkan update berita terbaru melalui saluran Whatsapp Mediaumat

Share artikel ini: