MediaUmat – Menanggapi hasil analisis Center of Economic and Law Studies (Celios) yang mencatat kalau sejak 2015 hingga 2025, anggaran untuk membayar bunga utang RI secara konsisten lebih tinggi daripada belanja kesehatan, sehingga kalau memakai parameter PBB Indonesia bisa dikategorikan sebagai negara gagal secara sistemik dibenarkan oleh Direktur Siyasah Institute Iwan Januar bahwa yang terjadi di Indonesia adalah persoalan sistemik.
“Yang terjadi di tanah air bukanlah persoalan sektoral apalagi personal kepemimpinan, tapi persoalan sistemik. Beragam problem ini datang karena buruknya sistem kehidupan yang terinstal di tanah air,” ujarnya kepada media-umat.com, Kamis (14/8/2025).
Menurut Iwan, inilah buah penjajahan ideologi dan pemikiran yang masih membelenggu negeri. Meskipun merdeka dari todongan bedil penjajah, tapi ideologi para penjajah justru dilestarikan dan dijadikan aturan.
Secara asas, jelas Iwan, paham sekulerisme yang dianut bangsa ini telah membuat negeri makin terpuruk. Hilangnya unsur spiritual (idrak shillah billah) menjadikan hilangnya kendali diri dalam masyarakat. Rasa takut berbuat maksiat seperti korupsi, berzina, mencuri, membunuh, dan sebagainya menjadi pudar. Berbagai tindak kriminalitas menjadi mudah terjadi karena tidak ada kendali diri.
Iwan membeberkan, sekularisme juga rahim dari ideologi kapitalisme yang hari ini berlaku di tanah air. Dan dari kapitalisme ini muncul kebijakan ekonomi ribawi seperti utang luar negeri, pinjaman online, bank konvensional dan yang lainnya.
“Di beberapa negara perjudian juga legal. Ideologi ini juga menjadikan pajak sebagai urat nadi perekonomian negara,” ucapnya.
Ia menilai, di sisi lain kapitalisme menjadikan liberalisasi sumber daya alam secara luas. Maka muncullah penguasaan SDA secara individual atau oleh korporasi. Ideologi ini melahirkan konsentrasi kekayaan di segelintir orang, lahir kesenjangan sosial, dan negara hanya berperan sebagai regulator. Tidak ada kewajiban menjamin kehidupan rakyat kecuali ala kadarnya.
Maka Iwan berharap, di momen peringatan kemerdekaan yang ke-80, amat mendesak bagi kaum Muslimin di negeri ini untuk merenungkan kembali makna kemerdekaan. Bahwa kemerdekaan itu bukanlah semata terbebas dari penjajahan fisik, tapi juga penjajahan lahir batin.
“Kemerdekaan hakiki hanya didapat dengan kembali pada Islam secara menyeluruh. Mulai dari keyakinan, peribadatan hingga aturan kehidupan. Itulah kemerdekaan hakiki yang akan mengantarkan manusia pada kehidupan merdeka sebenarnya,” pungkasnya.[] Agung Sumartono
Dapatkan update berita terbaru melalui saluran Whatsapp Mediaumat