Botol Plastik Berisi Makanan dari Warga Mesir: Antara Kepahlawanan Rakyat dan Pengkhianatan Para Penguasa

 Botol Plastik Berisi Makanan dari Warga Mesir: Antara Kepahlawanan Rakyat dan Pengkhianatan Para Penguasa

MediaUmat Dalam beberapa hari terakhir, media sosial diramaikan dengan foto dan video yang menunjukkan warga Mesir melemparkan botol plastik berisi makanan ke laut, dengan harapan dapat mencapai pantai Gaza yang terkepung.

Tindakan tersebut menuai pujian luas dari masyarakat Muslim di berbagai negara, yang melihatnya sebagai bentuk solidaritas tulus terhadap penderitaan warga Palestina di tengah blokade berkepanjangan. Di bawah tekanan rezim Abdel Fattah El-Sisi yang melarang segala bentuk protes terhadap kebijakan penutupan perbatasan Rafah, sebagian warga Mesir tetap berusaha memberikan dukungan dengan cara-cara yang tersedia bagi mereka.

Namun, di sisi lain, tindakan sederhana ini juga menyoroti kontras mencolok antara kepedulian rakyat biasa dan kelambanan para penguasa Muslim di berbagai negara. Meski memiliki sumber daya ekonomi, diplomatik, dan militer yang besar, sejumlah rezim seperti Mesir, Yordania, Turki, dan Pakistan dinilai justru bersekongkol dalam memperpanjang penderitaan rakyat Gaza. Sebagian dari mereka bahkan terang-terangan menjalin hubungan dengan entitas penjajah “Israel”, sementara yang lain berlindung di balik seruan kepada hukum internasional dan kecaman verbal tanpa tindakan nyata.

Kepala Kantor Media Hizbut Tahrir di Ukraina, Fazil Amzaev, dalam pernyataan resminya pada Senin, 04/08, menegaskan bahwa perbedaan antara rakyat biasa dan penguasa negara tidak dapat disamakan dalam hal tanggung jawab. Ia mengibaratkan perbedaan ini seperti antara seorang nenek renta yang mencoba menolong korban pemukulan dengan sebisanya, dan seorang pemuda kuat yang justru memilih berdiam diri walaupun mampu menghentikan kejahatan tersebut.

“Seorang Muslim biasa yang mengisi botol dengan makanan, menyumbang hewan kurban, atau menyuarakan protes di media sosial, layak dipuji karena keterbatasannya,” ujar Amzaev. “Namun, jika tindakan serupa dilakukan oleh para penguasa Muslim dan hanya sebatas itu, maka itu adalah bentuk pengkhianatan terhadap amanah besar yang mereka emban.”

Amzaev juga mengkritik para pemimpin dunia Islam yang hanya mengeluarkan pernyataan duka dan kecaman tanpa langkah strategis. Ia menyebut contoh pemimpin sebuah negara anggota NATO yang menyampaikan belasungkawa atas korban sipil di Gaza, namun tetap mempertahankan hubungan erat dengan blok militer Barat yang mendukung Israel.

“Ucapan duka dari rakyat biasa adalah wujud kasih sayang,” lanjutnya, “tetapi jika penguasa berkata demikian sementara ia memiliki kekuatan militer dan politik untuk bertindak namun memilih tidak menggunakannya, maka itu bukan sekadar kelemahan, melainkan pengkhianatan.”

Amzaev menutup pernyataannya dengan mengutip firman Allah SWT: “Ada apa dengan kalian? Bagaimana kalian memutuskan?” [QS. Ash-Shaffat: 154] []AF

Dapatkan update berita terbaru melalui saluran Whatsapp Mediaumat

Share artikel ini:

Related post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *