Bongkar Mitos The Promised Land: Penjajahan Dibungkus Agama

MediaUmat Klaim Israel yang menyebut Palestina sebagai Tanah yang Dijanjikan (The Promised Land) sejatinya adalah narasi politik yang dibungkus legitimasi agama, digunakan untuk membenarkan perampasan wilayah dan dominasi kekuasaan, bukan fakta spiritual yang sahih.

Itulah inti pesan Cendekiawan Muslim Ustadz Muhammad Ismail Yusanto (UIY) dalam siniar Tanah Janji atau Tanah Rampasan? yang ditayangkan dalam Reel akun Facebook Bima Kaffah, Jumat (10/10/2025).

Saudara, benarkah Palestina adalah tanah yang dijanjikan Tuhan bagi Yahudi, The Promised Land? Atau itu hanya mitos politik mereka saja?” tanya UIY.

UIY menekankan bahwa pertanyaan ini membuka diskusi tentang bagaimana legitimasi agama dipakai untuk menutupi pertanyaan sejarah yang kritis.

Memang ada banyak klaim kaum Zionis atas soal Palestina. Salah satunya dari Perdana Menteri Golda Meir, yang pernah bilang negeri ini adalah buah janji Tuhan,” menyoroti UIY.

Lebih jauh, UIY menegaskan bahwa klaim ini aneh dan tidak memiliki dasar legitimasi yang kuat, sehingga wajar jika ditelaah secara kritis. “Menggelikan kalau masih diselidiki legitimasinya,” menegaskan UIY.

UIY menyoroti pola berulang tokoh Zionis lain, memperlihatkan bahwa narasi agama digunakan sebagai alat politik strategis untuk memperkuat legitimasi kekuasaan.

Bukan hanya dia, Menachem Begin dan Moshe Dayan, Menachem Begin yang pernah menjadi Perdana Menteri, Moshe Dayan, Panglima tentara mereka, juga kembali mengklaim yang sama,” memaparkan UIY.

Klaim ini menunjukkan konsistensi narasi suci yang dijadikan alat untuk memperkuat agenda politik dan kontrol wilayah. “Tanah ini menjanjikan Tuhan dalam Alkitab, dari Mesir sampai Eufrat,” menambahkan UIY.

Fakta ini memperlihatkan ambisi wilayah Zionis, namun klaim religius mereka perlu diuji lebih lanjut untuk melihat kesesuaian dengan sejarah nyata. “Tapi saudara, mari kita uji,” menekankan UIY.

UIY menyoroti fakta sejarah bahwa Palestina bukan satu-satunya opsi Zionis; Theodor Herzl, Bapak Zionisme, sempat mempertimbangkan Argentina, Uganda, dan Mozambik sebagai lokasi negara Yahudi.

Kalau benar tanah itu adalah tanah yang menjanjikan, kenapa Theodor Herzl, Bapak Zionisme yang menggagas negara Yahudi, malah sempat memilih Argentina dan Uganda, dan juga Mozambik sebagai tanah Yahudi?” tanya UIY retoris.

Pemilihan alternatif ini menegaskan bahwa klaim atas Palestina lebih bersifat politis dan strategis daripada religius. “Kok bukan Palestina?” tegas UIY.

Selanjutnya, UIY menegaskan bahwa klaim suci ini menutupi kenyataan bahwa tanah Palestina dirampas melalui kekerasan. Narasi agama dijadikan alat legitimasi penaklukan, bukan sebagai dasar moral atau spiritual yang sahih.

Jadi untuk menyimpulkannya, izinkan saya meminjam pernyataan Roger Groudy yang pernah mengatakan, ini bukan The Promised Land, ini adalah The Conquered Land. Tanah yang dirampas, dan dirampas pun dengan kekerasan. Itulah realitasnya yang kita bicarakan dalam sejarah,” menekankan UIY. []Zainard

Dapatkan update berita terbaru melalui saluran Whatsapp MediaUmat

Share artikel ini: