BMI Sebut Alasan UI Undang Akademisi Pro Israel Terlalu Naif

 BMI Sebut Alasan UI Undang Akademisi Pro Israel Terlalu Naif

MediaUmat Baitul Maqdis Institute (BMI) menyebut Universitas Indonesia (UI) terlalu naif jika mengaku kurang hati-hati dalam memeriksa rekam jejak (background) Peter Berkowitz sehingga mengundang dan menjadikan akademisi pro Israel tersebut sebagai pembicara ilmiah di institusi pendidikan tinggi terkemuka Indonesia.

“Karena itu, Baitul Maqdis Institute menilai terlalu naif jika UI, sebagai institusi pendidikan tinggi terkemuka, mengaku kurang hati-hati dalam memeriksa background Berkowitz,” dalam siaran pers tertanda Direktur Utama BMI Fahmi Salim dan Direktur Eksekutif BMI Pizaro Gozali Idrus yang diterima media-umat.com, Selasa (26/8/2025).

Karena BMI menganggap, UI sebagai institusi pendidikan tinggi terkemuka seharusnya bisa dengan mudah melacak jejak opini dan pemikiran Berkowitz yang secara terbuka mendukung kebijakan luar negeri Israel yang menindas rakyat Palestina.

“Dalam opini-opininya, terpampang jelas bagaimana pandangan-pandangannya sangat bias dan selalu memakai perspektif penjajah dan mengabaikan pandangan-pandangan akademik terhadap hak-hak bangsa Palestina,” beber BMI.

Sebagai lembaga akademik yang seharusnya menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan dan keadilan, tegas BMI, UI telah melakukan tindakan yang sangat disayangkan dengan memberikan panggung bagi tokoh yang secara terbuka mendukung kebijakan luar negeri Israel yang menindas dan menzalimi rakyat Palestina.

Menurut BMI, mengundang Berkowitz bukan hanya mencederai rasa keadilan masyarakat Indonesia, tetapi juga memberi ruang normalisasi kejahatan kemanusiaan. UI memberikan tamparan bagi komitmen bangsa Indonesia yang selama ini mendukung perjuangan rakyat Palestina.

BMI menegaskan, UI harus segera melakukan evaluasi dan menunjukkan keberpihakannya secara nyata kepada nilai-nilai kemanusiaan universal. Lembaga ini juga mengajak akademisi, mahasiswa, dan masyarakat luas untuk tetap kritis terhadap upaya normalisasi penjajahan yang dibungkus atas nama akademik maupun diplomasi.

“Tetap kritis terhadap infiltrasi ideologis yang mencoba menormalisasi penjajahan atas nama diplomasi atau akademik,” pungkasnya.[] Lukmam Indra Bayu

Dapatkan update berita terbaru melalui saluran Whatsapp Mediaumat

Share artikel ini:

Related post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *