The Jerusalem Post mengungkapkan bahwa Presiden AS Donald Trump sedang mempertimbangkan untuk menunjuk miliarder Palestina-Amerika Bashar al-Masri untuk mengelola Jalur Gaza setelah perang, sebagai bagian dari visi ekonomi untuk membangun kembali wilayah tersebut.
Menurut surat kabar itu, Al-Masri bukan sekadar nama yang muncul begitu saja. Sebaliknya, ia menjabat sebagai penasihat rahasia dan orang kepercayaan Adam Boehler, utusan Trump untuk urusan penyanderaan, yang memimpin upaya intensif untuk menemukan solusi politik dan ekonomi bagi situasi pasca konflik di Gaza.
Menurut sumber diplomatik yang dikutip oleh surat kabar tersebut, Bashar al-Masri tidak jauh dari lingkaran pembuat keputusan AS terkait Gaza. Selama berbulan-bulan, ia bepergian dengan pesawat pribadinya bersama Boehler ke Doha, Kairo, dan ibu kota regional lainnya, tempat diadakannya pertemuan mengenai para sandera dan berbagai isu sensitif lainnya. Tidak hanya itu, bahkan Al-Masri hadir dalam beberapa diskusi tersebut, dan ia tampak bersikap tenang, mencerminkan kedalaman hubungannya dengan masalah yang ada.
Menurut surat kabar tersebut, Al-Masri bukan “hanya seorang miliarder Palestina yang sukses.” Ia adalah arsitek proyek Rawabi, sebuah kota Palestina yang dibangun dari awal setelah Al-Masri berhasil menarik investasi besar-besaran untuk proyek tersebut, termasuk investor dari entitas Yahudi, yang mencerminkan sifat kompleks hubungannya di kawasan. Rakyat Palestina tahu apa itu Rawabi. Rawabi adalah salah satu pusat kerusakan dan kebejatan yang paling penting, mulai dari tarian, nyanyian, dan pesta pora yang terus berlanjut di sana adalah bukti dari apa yang ingin dibangun untuk masyarakat!
Al-Masri menganut visi “Bisnis Sebelum Politik”, yang sejalan dengan pendekatan Trump untuk mengubah Gaza menjadi “Riviera Timur Tengah”. Oleh karena itu, ia merupakan kandidat yang kuat, terutama karena ia tidak berafiliasi dengan Hamas atau Otoritas Palestina.
Peryataan Al-Masri yang terkenal yang pernah ia katakan: “Jika kita bisa membangun sebuah kota, maka kita bisa membangun sebuah negara.”
Pertanyaannya, negara macam apa yang ingin dibangunnya? Dan masa depan seperti apa yang menanti Jalur Gaza yang mulia, ketika para penguasa dan tentara Muslim mengecewakannya serta gagal menolongnya, dan akhirnya Gaza jatuh ke tangan para pebisnis? [] Hassamuddin Mustafa
Sumber: hizb-ut-tahrir.info, 14/3/2025.
Dapatkan update berita terbaru melalui saluran Whatsapp Mediaumat