Begini Kezaliman Penjajahan Inggris di Nusantara

Mediaumat.id – Filolog Salman Iskandar beberkan kezaliman Inggris selama menjajah Nusantara. “Kita bisa melihat bagaimana kuasa Inggris dan sekaligus kejahatan mereka selama mereka yang berkuasa di Pulau Jawa dan Nusantara pada umumnya,” tuturnya, Kamis (22/9/2022) di kanal YouTube Khilafah Channel Reborn.

Salman menjelaskan, sejak mengalahkan Prancis (1811), Inggris punya hak menguasai wilayah yang sebelumnya dikuasai Prancis, termasuk Nusantara, khususnya Jawa dan menjadikannya sebagai koloni bagi kepentingan mereka melalui serah terima Kapitulasi Tuntang antara Inggris dan Prancis.

Sejak itu, tepatnya 18 September 1811, lanjutnya, pemerintahan kerajaan Inggris menugaskan Thomas Stamford Raffles untuk menjadi gubernur jenderal yang berkuasa di Batavia.

“Thomas Stamford Raffles memerintahkan pasukan Sepoy atau pasukan Inggris untuk menyerang Keraton Yogyakarta Hadiningrat hingga keraton itu rusak parah. Bahkan, disebutkan 57 ton emas harta keraton dijarah oleh Inggris,” ujar Salman.

Bahkan, lanjutnya, Sri Sultan Hamengkubuwana II beserta permaisurinya digeledah, harta benda, baju kebesaran, serta perhiasan yang dikenakan permaisuri pun sampai dipreteli oleh pasukan Inggris.

Selain itu, Raffles yang diungkap Salman merupakan seorang anggota Freemasonry itu membagi Pulau Jawa menjadi 16 karesidenan untuk mempermudah koordinasi dan pengawasan atas wilayah koloni. Kemudian, ia memperbarui sistem peradilan dengan mengadopsi sistem hukum Inggris dan menggantikan hukum adat.

Padahal, Salman menerangkan, hukum adat tersebut bersendikan hukum syariat, berasal dari kebiasaan kalangan bumi putra yang berpuluh hingga ratusan tahun hidup dalam naungan kesultanan-kesultanan Islam.

Selain itu, menurutnya, Raffles berlaku zalim dengan menerapkan pajak atas tanah. “Bentuk kezaliman Thomas Stamford Raffles yang mewakili kuasa Inggris di negeri ini, di antaranya adalah menerapkan landrent atau sewa tanah atau pajak tanah kepada para petani yang harus membayar pajak sewa tanah untuk dianggap milik negara, milik negara Inggris. Dalam konteks ini milik koloni Inggris yang ada di  negeri ini,” terangnya.

Tidak hanya itu, menurutnya, Raffles juga menyerang Palembang untuk menjatuhkan Sultan Mahmud Badaruddin II, sekaligus merebut Bangka.

Raffles juga melakukan nativisasi dengan upaya javanisasi, di antaranya, menyusun buku babon yang dihimpun sedemikian rupa yang dikenal sebagai The History of Java. Menurut Salman, Raffles juga merestorasi candi Borobudur untuk membangkitkan heroisme Jawa untuk menggantikan pengaruh Islam yang ada di pulau Jawa dan Nusantara.

“Dia melakukan upaya nativisasi, membangkitkan pengaruh dan juga perbendaharaan peradaban pra-Islam ajaran hinduisme, ajaran budisme, ajaran-ajaran nenek moyang, ajaran luhur itu kemudian dibangkit-bangkitkan kembali,” ujar Salman.

Salman menambahkan, ketika Kesultanan Banten dan Kesultanan Cirebon menolak tegas pemberlakuan perundang-undangan Inggris yang menggantikan hukum adat yang merupakan hukum syariat, Raffles bukan hanya menyerang kesultanan, melainkan menghapus keberadaan Kesultanan Banten dan Cirebon sekaligus.

“Bukan hanya digempur, tapi kesultanannya pun dihapuskan, dicoret sama sekali. Tidak diperkenankan lagi anak keturunan yang lahir dan besar di keraton yang ada di Kesultanan Banten ataupun Cirebon tidak diperkenan lagi untuk memangku jabatan kuasa kepemimpinan,” kata Salman.

Salman mengungkap, kekuasaan kolonial Inggris atas Nusantara berlangsung selama tahun 1811-1814, berakhir saat Konvensi London yang menyepakati bahwa pemerintahan Inggris akan menyerahkan kembali wilayah Hindia Belanda kepada pihak Belanda. Namun demikian, melalui Raffles, Inggris telah melakukan beragam kezaliman di Nusantara.[] Saptaningtyas

Share artikel ini: