AS Mengakui Intervensinya di Sudan dan Membatalkan Pertemuan Kuartet

Pada 29 Juli 2025, Departemen Luar Negeri AS mengumumkan pembatalan pertemuan Kuartet mengenai Sudan, yang sebelumnya dijadwalkan pada 30 Juli 2025. AS memimpin komite ini dan mengikutsertakan Mesir, Arab Saudi, dan UEA sebagai saksi palsu atas rencana dan apa yang ingin diterapkannya di Sudan.
Paradoksnya, Kementerian Luar Negeri mengumumkan bahwa salah satu tujuannya mengadakan pertemuan ini adalah untuk menghentikan campur tangan asing dalam urusan Sudan dan meluncurkan dialog politik yang komprehensif antara kedua pihak yang berkonflik.
Amerika adalah negara asing, bahkan Amerika negara kolonial pertama, yang ikut campur dalam urusan Sudan. Amerika membentuk komite kuadripartit dan kemudian membatalkan pertemuannya, seolah-olah sedang berbicara kepada negara asing lainnya, terutama Inggris dan negara kolonial Eropa lainnya, serta memperingatkan mereka agar tidak terus mencampuri urusan Sudan.
Demikian pula, kedua pihak yang bertikai—militer yang dipimpin oleh Abdul Fattah al-Burhan dan Pasukan Dukungan Cepat yang dipimpin oleh Muhamad bin Hamdan Dagalo—adalah antek dan bonekanya, kedua pihak ini dipimpin oleh Amerika untuk mengonsolidasikan pengaruhnya di Sudan dan memecah belahnya, seperti yang dilakukannya ketika memisahkan Sudan Selatan. Hal ini diperkuat dengan penarikan Pasukan Dukungan Cepat dari Sudan timur dan penempatan mereka di Darfur barat. Dagalo telah mengumumkan pembentukan dewan dan pemerintahan berdaulat di wilayah ini, sebagai persiapan pemisahannya dari Sudan.
Departemen Luar Negeri AS tidak menyebutkan alasan penundaan tersebut, meskipun persiapan ekstensif telah dilakukan selama beberapa minggu terakhir oleh para anggota komite. Duta Besar Mesir untuk Washington, Mu’taz Zahran, mengatakan kepada surat kabar al-Syarq al-Awsath bahwa penundaan tersebut kemungkinan akan berlangsung hingga September mendatang.
Semua tahu bahwa AS berupaya memperpanjang konflik internal antara tentara dan Pasukan Dukungan Cepat, memperdalam perpecahan, dan mempersulit pencarian solusi. Hal ini akan memungkinkan pasukan ini untuk sepenuhnya menguasai sisa wilayah Darfur dan mencapai tujuan mereka untuk memisahkannya dari Sudan (hizb-ut-tahrir.info, 1/8/2025).
Dapatkan update berita terbaru melalui saluran Whatsapp Mediaumat