AS Janji Cabut Sanksi Suriah, Pengamat: Konsolidasi Ulang Hubungan

MediaUmat.info – Pengamat Hubungan Internasional Budi Mulyana menilai janji Amerika Serikat untuk mencabut sanksi Suriah sebagai tindakan konsolidasi ulang hubungan.

“Dengan kehadiran rezim yang lebih Pro Amerika, maka penting Amerika Serikat melakukan konsolidasi ulang hubungan dengan Suriah, salah satunya adalah dengan pencabutan terhadap sanksi yang selama ini diberlakukan kepada Suriah,” ujarnya kepada media-umat.info, Jum’at (16/52025).

Karena menurutnya, Amerika tidak mungkin melakukannya tanpa ada maksud dan kepentingan di kawasan. Terlebih lagi Suriah telah mengalami krisis kemanusiaan besar sejak pecahnya perang sipil pada 2011, membuat janji pencabutan sanksi dianggap meringankan penderitaan warga sipil.

Amerika Serikat memberlakukan sanksi Caesar Syria Civilian Protection Act 2019, katanya, sebagai bentuk reaksi dari tindakan rezim Presiden Bashar al-Assad yang melakukan penindasan brutal terhadap rakyat sipil, ketika pemerintah Assad menanggapi demonstrasi damai dengan kekerasan. Begitu juga menuduh adanya pembunuhan massal, penahanan sewenang-wenang, penyiksaan, serangan udara terhadap warga sipil dan infrastruktur sipil seperti rumah sakit dan sekolah.

AS juga, sebut Budi, menuduh keterlibatan dengan terorisme seperti Hizbullah di Lebanon dan berhubungan dengan Iran yang menjadi musuh utama AS di kawasan. Menganggap Suriah sebagai “poros kejahatan” dan ancaman terhadap stabilitas Timur Tengah.

“Selain itu juga, terkait penggunaan senjata kimia, pemerintah Suriah dituduh menggunakan senjata kimia seperti gas sarin dan klorin terhadap warga sipil, meskipun hal ini dilarang oleh hukum internasional. Serangan kimia seperti di Ghouta (2013), Khan Shaykhun (2017), dan Douma (2018) memicu kemarahan global, termasuk dari AS. Termasuk pembunuhan massal di penjara seperti di Saydnaya,” bebernya.

Maka, jelas Budi, akan dicabut sanksinya jika Suriah memenuhi syarat utama terkait perubahan politik, hak asasi manusia, dan penghentian kekerasan. Begitu juga mensyaratkan penghentian dukungan kepada Hizbullah, serta pengurangan kehadiran militer Iran di wilayah Suriah.

Oleh karena itu, lanjutnya, dunia Islam harus memahami bahwa langkah AS ini pasti memiliki kepentingan terhadap Suriah sebagai bagian dari dunia Islam, negara besar yang memiliki sejarah dan posisi yang strategis di kawasan Timur Tengah.

“Bila Suriah adalah negara yang berdaulat, maka semestinya ia bisa secara independen menyatakan sikapnya terhadap sanksi dan syarat pencabutan sanksi yang diajukan Amerika Serikat,” tandasnya.[] Lukman Indra Bayu

Dapatkan update berita terbaru melalui saluran Whatsapp Mediaumat

Share artikel ini: