Apa Kekuatan Rakyat Palestina?

Dengan dimulainya perang, ketakutan terhadap rakyat Gaza melanda kami karena kami tahu entitas Yahudi tidak mengenal batas apakah itu terkait dengan hukum internasional atau opini publik dengan menggunakan bom kimia terlarang, melewati semua garis batas. Senjata-senjata berat dan bom-bom dari segala jenis digunakan pada orang-orang tak berdosa seperti yang terlihat di berita internasional dan banyak video dan foto di media sosial.
Pada saat pertama serangan oleh Brigade Qassam, merupakan suatu kejutan bahwa Palestina mampu memukau Pasukan Pertahanan ‘Israel’ – yang berasal dari agen yang sangat sensitif yang memiliki kapasitas pengawasan tertinggi di dunia dengan kamera dan para informan mereka yang ada di mana-mana. Serangan ini mengguncang entitas ‘Israel’ sampai ke intinya dan memberi orang-orang Palestina harapan bahwa pembebasan itu dimungkinkan atas pendudukan. Kegembiraan itu begitu nyata, sehingga dilakukan perayaan bahwa ‘Israel’ dapat dengan mudah dikalahkan!
Tapi tentu saja, entitas Yahudi menggempur orang-orang tak berdosa sebelum menemukan Qassam atau Hamas, pembantaian demi pembantaian, ribuan penangkapan dilakukan di Tepi Barat dan pos-pos pemeriksaan baru serta barikade yang didirikan untuk membatasi pergerakan manusia dan menciptakan suasana panik. Situasi di wilayah Quds lebih buruk daripada di Tepi Barat – di sini IDF dan para petugas keamanan melakukan penggerebekan rutin terhadap rakyat jelata dengan memasuki ruang-ruang publik dan memeriksa telepon orang-orang dengan sesuka hati atas setiap rekaman atau balasan simpatik atau posting mengenai perang dan Palestina tentu saja akan disusul dengan pemukulan keji terhadap kaum pria atau wanita atau anak-anak. Orang-orang berhati-hati; menghapus apa pun yang mungkin menyebabkan penangkapan atau penyerangan. Dampak parah termasuk penggerebekan rumah-rumah tanpa pemberitahuan, penangkapan bagi siapa pun yang dicurigai sebagai aktivis, bahkan jika itu adalah kutipan dari ‘ Hasbiyallah Wa Ni’mal Wakil’ yang di posting media sosial, belum lagi nama Badai Aqsa.
Tapi inilah pemaparan atas bangunan orang Palestina – sebuah pepatah dalam bahasa Arab “terbuat dari apa mereka.” Di sini perang mengupas ketakutan dan ketidakberdayaan rakyat jelata. Ini menunjukkan bahwa rakyat Palestina rela mengorbankan sesuatu yang berharga dan layak untuk melawan penjajah haus darah ini dan bahkan hal itu hanya lebih membuat seseorang berpaling kepada Allah (swt) sebagai Penolong dan Dia satu-satunya Pemberi Rezeki.
Orang-orang berpaling ke doa dan menunjukkan kepada anak-anak mereka untuk menjadi kuat dan ulet … atas apa yang akan terjadi… tidak perlu takut … kematian tidak perlu ditakuti karena setiap makhluk hidup akan mati … Yang penting adalah bagaimana Anda mati.
Mati sambil mengatakan kebenaran, membela Tanah Terberkati Palestina. Di sinilah kebijaksanaan dan kejelasan bahwa para pelindung penjajah yang sebenarnya adalah rezim-rezim Arab dan kekuatan nyata untuk mengakhiri perang ini adalah tentara Muslim yang berasal dari umat. Mereka memanggil orang-orang Palestina yang ingin membela dan membebaskan mereka namun para penguasa pengkhianat itu menghentikan mereka.
Kaum wanita di sini mengajar anak-anak mereka untuk tidak takut, mereka diajarkan untuk menjadi pria dan didorong untuk berperang. Untuk memberikan belas kasihan bagi orang yang lemah, tidak takut kelaparan atau kehausan atau menjadi tunawisma.
Pepatah lain dalam bahasa Arab – apa yang jatuh dari langit, tanah akan menangkap – diulang-ulang oleh para orang tua Palestina.
Anak-anak sadar akan perang – orang-orang di sini tidak melindungi di mereka yang pada awalnya merasa sedih tetapi membantu orang-orang untuk memahami pemboman dan memahami perang. Di masjid-masjid setiap sholat diakhiri dengan doa untuk Gaza dan Palestina, tua dan muda mengucapkan Amin atas doa-doa ini.
Beberapa wilayah mendengar pemboman dan melihatnya dan merasakan bom mendarat karena sebagian tinggal di Tepi Barat dekat Tel Aviv dan pemukiman Yahudi. Tapi apa yang terlihat dari orang-orang itu, mereka tidak lari dan bersembunyi atau mencari perlindungan seperti orang-orang Yahudi. Keberanian dan solidaritas untuk orang-orang yang tinggal di Jenin, TulKarm dan Nablus terutama di kamp-kamp di mana IDF menyerang dengan tank-tank yang dijaga ketat yang jumlahnya puluhan namun para pemuda dan pria pergi keluar untuk menghadapi IDF dengan batu atau senjata ringan untuk melindungi rakyat mereka, di rumah dan di kota siang atau malam.
Ya, perang sedang terjadi sekarang, tetapi begitu juga pahlawan yang tercipta dan para pembela yang menolak penindasan dan penghinaan.
Orang-orang Palestina tidak menangis meminta makanan atau air atau listrik – mereka tahu ini adalah tekanan untuk menjinakkan hati mereka sehingga mereka menolaknya. Klip berita dari orang-orang yang mengatakan jangan mengirimkan kami makanan atau selimut, Anda simpan saja itu – kirimkan kami Tentara Muslim – inilah jeda dalam siklus yang suram dan kesadaran.
Para ibu dan ayah di TV dalam siaran langsung … mengatakan Alhamdulilah ketika rumah mereka dihancurkan dan anak-anak mereka dibantai. Menangis saat mengatakan bahwa mereka akan mengorbankan anak-anak mereka lagi dan lagi karena kematian mereka tidak sia-sia – mereka syahid fi sanilillah. Hal ini menakutkan seluruh entitas Yahudi dan para pendukung mereka.
Rakyat jelata menegaskan kembali bahwa ini harus terjadi agar dunia dapat melihat penindasan dan kriminalitas! Quds akan dibebaskan dan seluruh Palestina beserta orang-orang bangga yang berasal dari Palestina.
Doa itu murni, air mata membasahi wajah orang tua dan muda, hati merasa hancur berulang-ulang. Kadang-kadang perasaan mati rasa merayap masuk tetapi keyakinan kepada Allah menggelora melewati tubuh dengan setiap doa yang menyentak jamaah untuk membuat lebih banyak doa agar memperkuat mereka untuk menghadapi hari dan malam berikutnya. Keyakinan pada janji Allah dan kebencian terhadap pendudukan Yahudi adalah nyata. Hasbiyallah Wa Ni’mal Wakil. Sesungguhnya kemenangan dan pembebasan dijanjikan oleh Allah (Swt).
Ditulis untuk Kantor Media Pusat Hizbut Tahrir oleh
Minnatullah Saleh
Seorang Muslimah dari Tanah Terberkati – Palestina