Anggota Brimob Curhat di Medsos, Pamong Institute: Memprihatinkan dan Menyedihkan

 Anggota Brimob Curhat di Medsos, Pamong Institute: Memprihatinkan dan Menyedihkan

Mediaumat.id – Adanya curhat anggota satuan Brimob Polda Riau Bripka Andry Darma Irawan ke media sosial hingga viral, dinilai oleh Direktur Pamong Institute Wahyudi al-Maroky sebagai kondisi yang memprihatinkan dan menyedihkan.

“Jadi kalau kita lihat ada curhat anggota Brimob sampai ke media sosial atau publik, ini tentu kondisi yang memprihatinkan dan menyedihkan,” tuturnya dalam Kabar Petang: Heboh! Curhatan Bripka Andry Setor Rp650 Juta, Selasa (13/6/2023) di kanal YouTube Khilafah News.

Kenapa memprihatinkan dan menyedihkan, menurut Wahyudi, karena mengindikasikan jika curhat ke dalam institusi tidak terlayani atau bahkan tidak selesai. “Mungkin dia merasa di dalam sudah tidak ada lagi saluran atau mampet sehingga sampai curhat ke publik,” imbuhya.

Menurutnya, ini masalah serius di dalam tubuh kepolisian yang harus segera diperbaiki atau koreksi internal. Harapannya kepolisian bisa segera melakukan pelayanan yang jauh lebih baik lagi kepada anggotanya maupun juga kepada masyarakat pada umumnya.

“Kalau pelayanan kepada anggotanya saja tidak terlayani dengan baik, bagaimana masyarakat mau berharap pelayanan yang baik dari kepolisian?” tanyanya retoris.

Sistem yang Baik

Untuk menyelesaikan keluhan atau problem di negeri ini, khususnya jika masih punya keinginan mewujudkan good governance (pemerintahan yang bagus) dan clean government (pemerintahan yang bersih), menurutnya, dibutuhkan sistem dan leader atau pimpinan yan baik.

“Ada peran yang besar untuk mewujudkannya yaitu pada masyarakat yang punya kesadaran baru untuk menuntut dan meminta dilaksanakan good governance dan clean government dengan dipilihnya good leader maupun diterapkannya good system,” urainya.

Ia menandaskan hal ini harus mengacu kepada perbaikan secara simultan. Jika sistem yang baik itu tidak diterapkan, maka pemimpin sebaik apa pun tidak akan mampu berbuat baik di situ.

Ini, lanjutnya, karena dia tercegah dan terpaksa atau dipaksa oleh sistem untuk berbuat tidak baik. “Orang baik di dalam sebuah sistem yang buruk maka dia dipaksa untuk ikut buruk atau dia terpental dari sistem itu. Oleh karena itu memperbaikinya tidak mudah,” ulasnya.

Yang bisa dilakukan pertama kali, menurut Wahyudi, adalah menanamkan kesadaran dalam tubuh masyarakat tentang seperti apa pemimpin dan sistem yang baik.

“Jika sudah paham, masyarakat akan memilih pemimpin dan sistem yang baik dengan kesadarannya. Jadi perbaikannya memang harus sistemik sehingga tidak terjebak kepada sistem yang jauh lebih buruk lagi,” tutupnya.[] Erlina

Share artikel ini:

Related post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *