Mediaumat.info – Anak Indonesia semakin tidak aman dari kekerasan setelah terungkap kasus pencabulan anak dan pembunuhan bayi berumur 2 tahun yang kedua pelakunya adalah aparat keamanan.
“Anak Indonesia semakin tidak aman dari kekerasan,” tutur Direktur Siyasah Institute Iwan Januar kepada media-umat.info, Rabu (12/3/2025).
Iwan merasa prihatin dengan dua kasus kekerasan terhadap anak yang belakangan terjadi dengan pelakunya adalah aparat keamanan. Pertama, kasus kekerasan seksual pada anak di bawah umur. Kedua, pembunuhan anak kandung oleh ayahnya sendiri. “Kedua pelakunya adalah aparat keamanan, bahkan salah satunya adalah ayah kandung,” ujarnya.
Iwan mengatakan, kasus kekerasan terhadap anak baik oleh anggota keluarga maupun pihak lain sudah sering terjadi. Menurut Komnas Perlindungan Anak (PA) semakin tinggi. Catatan di tahun 2024, meningkat 34 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
“Merujuk data layanan pengaduan masyarakat melalui program Hotline Services, sepanjang tahun 2024 hingga bulan Februari 2025, Komnas Perlindungan Anak sudah menerima sebanyak 4.388 kasus pengaduan hak anak. Jumlah ini meningkat 34 persen dibandingkan tahun sebelumnya,” bebernya.
Hari ini, kata Iwan, hampir tidak ada lingkungan yang aman untuk anak Indonesia. Bahkan di tengah keluarga sendiri. Sejumlah kejadian pelaku kekerasan dan kekerasan seksual pada anak adalah anggota keluarga sendiri.
Dampak Sekularisme
Terus naiknya angka kekerasan pada anak, menurutnya, adalah pertanda nilai-nilai sosial di masyarakat Indonesia semakin hancur. Penyebabnya karena yang hari ini dipakai oleh publik termasuk keluarga adalah nilai sosial sekularisme.
“Paham ini menghancurkan nilai kemanusiaan karena memisahkan agama dari kehidupan. Padahal agama Islam itu mengajarkan kasih sayang dan perlindungan pada anak-anak dan keluarga. Namun sekularisme, nilai-nilai mulia ini dicabut dari masyarakat,” tegasnya.
Dampak dari sekularisme, ujar Iwan, orang menjadi hedonis dan individualistik. Mencari kesenangan dan kepuasan sendiri. Lebih parah lagi, mereka tidak peduli dengan keluarga dan anak. Kalau keluarga dianggap tidak menyenangkan bisa jadi sasaran kemarahan ayah, ibu atau anak terhadap orang tua.
“Jadi, Indonesia itu bukan negara relijius. Jauh dari relijius. Indonesia negara sekuler dengan tingkat kerusakan yang makin akut. Masalah ini tidak akan bisa teratasi kecuali menyingkirkan sekularisme dan menggantinya dengan nilai serta aturan Islam,” tandasnya.
Sebelumnya dikabarkan, di Nusa Tenggara Timur (NTT) terungkap kasus pencabulan terhadap bocah 6 tahun yang dilakukan AKBP Fajar Widyadharma Lukman Sumaatmaja terjadi saat dia menjabat Kapolres Ngada. Kini, Fajar telah dinonaktifkan dari jabatannya setelah terjerat kasus pencabulan dan narkoba. Fajar sendiri menjabat Kapolres Ngada sejak Juni 2024.
Sementara di Jawa Tengah, kasus dugaan pembunuhan bayi berusia dua bulan yang dilakukan oleh seorang anggota kepolisian, Brigadir AK, semakin terungkap. Polda Jawa Tengah mengonfirmasi bahwa Brigadir AK memiliki hubungan di luar pernikahan dengan DJP (24), ibu dari bayi tersebut, tanpa ikatan pernikahan yang sah.[] Achmad Mu’it
Dapatkan update berita terbaru melalui saluran Whatsapp Mediaumat