Amerika, Gaza, dan Kalkulasi Tersembunyi

Sikap Amerika yang menyerukan gencatan senjata di Gaza bukanlah hasil dari luapan kemanusiaan yang tiba-tiba, atau kebangkitan sentimen yang telah lama terpendam. Melainkan, itu adalah hasil dari kalkulasi cermat yang dipaksakan oleh jaringan krisis kompleks yang diciptakan dan dipupuk oleh Amerika selama beberapa dekade.
Amerika adalah pemain paling menonjol dalam memicu dan membekukan perang. Amerika menciptakan sarang ketegangan untuk mengobarkan tragedi rakyat. Amerika tidak bertindak terhadap Gaza karena belas kasihan, melainkan karena ia mendapati dirinya menghadapi jalinan berbagai sarang ketegangan: perang di Ukraina yang menguras sumber dayanya dan Eropa, kebangkitan China yang telah menjadi obsesi ekonomi terbesarnya, dan kerapuhan benua lama (benua Eropa) yang dapat runtuh jika penipisan sumber daya terus berlanjut. Titik panas terbaru adalah isu nuklir Iran, yang digunakan Washington sebagai alat penekan terhadap Eropa. Isu ini bukan sekadar sengketa teknis mengenai pengayaan uranium, melainkan alat strategis yang digunakan untuk membatasi pergerakan dan perdagangan Eropa dengan Teheran, sehingga mereka semakin bergantung pada kebijakan Amerika.
Dengan setiap eskalasi di Gaza atau ketegangan di Teluk, ketakutan Eropa meningkat bahwa masalah nuklir dapat menyebabkan ledakan regional yang akan memperburuk krisis ekonomi dan keamanannya. Mengingat kompleksitas ini, Washington tidak bisa lagi membiarkan perang Gaza berlarut-larut tanpa batas waktu, karena hal ini dapat memicu api yang tak terkendali, terutama dengan kemarahan masyarakat Muslim dan non-Muslim yang membara atas penderitaan rakyat Gaza, ditambah dengan ketidakpedulian para penguasa yang terhina dan tercela. Sebab hal ini, pada gilirannya, akan membuka pintu bagi kekuatan-kekuatan saingan seperti Rusia dan China untuk mengeksploitasi kemarahan rakyat dan kekacauan regional.
Inilah sikap Amerika: Jadi, bukan karena cinta terhadap Gaza atau keadilan bagi Palestina, melainkan karena takut akan runtuhnya keseimbangan kekuatan global, yang sedang coba dikendalikan oleh Washington. Prioritasnya bukanlah darah orang-orang tak berdosa, melainkan mengonsolidasikan kepemimpinannya dalam menghadapi kekuatan-kekuatan besar—Rusia dan China—yang menekan Eropa dengan kartu nuklir Teheran, dan mencegah benua lama (benua Eropa) itu terpecah belah.
Kebenaran yang banyak diabaikan orang adalah bahwa nasib Gaza dan seluruh umat Islam tidak boleh disandera oleh persamaan Gedung Putih. Washington memandang kita sebagai isu sekunder dalam pergulatannya dengan negara-negara besar, sementara kita adalah pemilik tanah dan isu. Sementara untuk memperoleh kembali inisiatif bergantung pada kesadaran dan tekad kuat umat untuk menemukan tempat yang menjadi haknya di antara kekuatan-kekuatan brutal ini—yaitu posisi kepemimpinan dan perintis. Kita adalah umat yang diciptakan Allah untuk menyelamatkan umat manusia, bukan untuk menjadi berkas di koridor Dewan Keamanan dan Perserikatan Bangsa-Bangsa yang menyesatkan! Sudah saatnya merumuskan persamaan kita sendiri, yaitu tempat dimana kita berada, sehingga isu-isu kita menjadi fokus keseimbangan, bukan pinggirannya. [] Mu’nis Hamid – Wilayah Irak
Sumber: hizb-ut-tahrir.info, 5/9/2025.
Dapatkan update berita terbaru melalui saluran Whatsapp Mediaumat