Pada malam 27 Oktober 2025, Alassane Ouattara dinyatakan sebagai pemenang masa jabatan keempat di Pantai Gading, setelah pemilihan umum yang diadakan dua hari sebelumnya. Ia pertama kali berkuasa dalam pemilihan umum 2010 melawan mantan Presiden Laurent Gbagbo, sekutu Prancis yang menolak untuk melepaskan kekuasaan dan didukung oleh tentara pro-Prancis. Namun, tekanan AS memaksa Gbagbo untuk mundur dan menerima hasil pemilu.
Alassane Ouattara kemudian memenangkan pemilu 2015 dan 2020. Ia memperoleh dukungan AS setelah bekerja untuk AS di Dana Moneter Internasional, yang memungkinkan AS memaksakan kebijakannya yang tidak adil terhadap negara tersebut. Ouattara menjadi perdana menteri pada tahun 1990. Prancis, yang memiliki pengaruh besar di negara itu, mencegah Ouattara menjadi presiden.
Pengaruh Prancis di Pantai Gading tampaknya telah melemah secara signifikan, sehingga sulit untuk mendapatkan kembali pengaruhnya. Seperti negara-negara Afrika lainnya, Pantai Gading terlibat dalam pertikaian internasional antara kolonialisme lama, yang diwakili oleh Prancis dan Inggris, dan kolonialisme baru, yang diwakili oleh Amerika.
Perlu diketahui bahwa sebagian besar negeri-negeri ini alalah negeri Islam, dengan mayoritas penduduknya adalah Muslim. Namun, kemalangan mereka terletak pada dangkalnya kesadaran intelektual dan politik, serta maraknya kolaborator yang mengeksploitasi rakyat. Para kolaborator inilah yang memungkinkan kolonialisme memperluas pengaruhnya, menjarah sumber daya negara, dan membuat rakyatnya miskin atau melarat (hzb-ut-tahrir.info, 29/10/2025).
Dapatkan update berita terbaru melalui saluran Whatsapp Mediaumat