Al-Julani Bertemu dengan Mantan Direktur CIA David Petraeus

Mantan Direktur CIA David Petraeus membuka percakapannya dengan Ahmad al-Syara’ di New York pada hari Senin dengan menanyakan tentang masa lalunya sebagai anggota al-Qaeda sebelum menjadi presiden Suriah.

“Kita berada di dua tempat yang berbeda,” ujar Petraeus dalam KTT Concordia yang diselenggarakan di sela-sela Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa. “Ketika Anda berada di Irak, Anda dikurung oleh pasukan Amerika selama lima tahun saat Anda menjalani dinas militer di sana. Sekarang Anda berada di sana sebagai Presiden Suriah, dan Anda membebaskan Suriah dari rezim Bashar al-Assad dan kini berpartisipasi dalam pertemuan pertama Perserikatan Bangsa-Bangsa sebagai Presiden negara Anda … Jelaskan kepada kami bagaimana Anda bisa sampai dari pangkalan di Irak 20 tahun yang lalu hingga ke tempat Anda sekarang sebagai Presiden Suriah di panggung ini, di New York City.”

Presiden sementara Suriah menanggapi dengan mengatakan: “Baguslah bahwa dulu kita berada di medan perang dan sekarang kita telah bergerak ke medan dialog. Mereka yang berperang adalah orang-orang yang paling tahu tentang pentingnya perdamaian. Masa lalu memiliki aturannya sendiri terkait adat dan hukum pada masa itu. Ketika kita ingin menilai sejarah, kita harus menilainya berdasarkan hukum masa lalu, bukan hukum masa kini.”

Al-Syara’ merujuk pada masa lalunya, dengan mengatakan: “Ada periode khusus di kawasan itu, ketika Irak diduduki … dan Suriah berada di bawah ancaman besar. Ukurannya pada saat itu adalah kesadaran dan antusiasme kaum muda, semuanya berkontribusi pada pilihan yang dibuat pada tahap itu. Jadi, yang penting pada saat itu adalah niat yang kuat untuk membela rakyat dan hak-hak mereka serta menyelamatkan perempuan dan anak-anak dari ketidakadilan yang terjadi di kawasan.”

Al-Syara’ menambahkan: “Beberapa kesalahan mungkin terjadi dalam perjalanan hidup seseorang, tetapi yang terpenting adalah kita fokus melindungi orang-orang dari bahaya yang mengintai mereka selama kerusuhan yang terjadi di wilayah mana pun. Komitmen kita pada jalan inilah yang membawa kita ke titik ini, dan untuk saling mendengarkan sebagai sahabat.”

Presiden Suriah saat ini, Ahmad al-Syara’, menjadi presiden pertama negara itu yang berpartisipasi dalam pertemuan Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa sejak 1967.

Al-Waie: Tentu saja, Turki dan—di belakangnya adalah Amerika Serikat—yang membawa Al-Julani ke tampuk kekuasaan, setelah kegagalan mereka dalam memasarkan Koalisi Nasional yang berbasis di Turki untuk menggantikan Basyar dan mempertahankan negara sekuler, hingga mereka berhasil meyakinkan Al-Julani dan para pendukungnya untuk mengemban tugas ini. Maka, “pergeseran” itu adalah dari Khilafah dan jihad menuju negara nasional, Perserikatan Bangsa-Bangsa, normalisasi dengan Liga Arab,  termasuk di antaranya adalah Turki dan negara Yahudi, serta transformasi menjadi papan catur di tangan musuh, yang menetapkan segala aturannya, dimulai dengan mengubah pemikiran para penguasa dari pemikiran Islam menjadi pemikiran kapitalis dengan dalih “realisme” (Al-Waie [Arab], Edisi 471, Tahun Ke-39, Rabiul Tsani 1447 H./Oktober 2025 M.).

Dapatkan update berita terbaru melalui saluran Whatsapp Mediaumat

Share artikel ini: