Ahmad Sastra: Ramadhan Bulan Perjuangan

Mediaumat.info – Ketua Forum Doktor Muslim Peduli Bangsa (FDMPB) Dr. Ahmad Sastra menyatakan bulan Ramadhan adalah bulan perjuangan bagi umat Islam, baik dari segi spiritual, sosial, maupun sejarah.
“Ramadhan adalah bulan perjuangan bagi umat Islam, baik dari segi spiritual, sosial, maupun sejarah,” ujarnya kepada media-umat.info, Senin (17/3/2025).
Menurut Ahmad, bulan Ramadhan bukan hanya tentang berpuasa, tetapi juga mengandung makna perjuangan dalam banyak aspek kehidupan, termasuk dalam sejarah Islam, peradaban umat Islam, dan kehidupan sehari-hari.
Menahan Hawa Nafsu
Ahmad mengatakan, Ramadhan adalah saatnya umat Islam berjuang untuk menahan hawa nafsu, seperti lapar, haus, dan berbagai godaan duniawi. Hal ini menjadi latihan spiritual yang mendalam, seorang Muslim diuji untuk menjadi lebih sabar, ikhlas, dan taat kepada perintah Allah.
Selama Ramadhan juga, jelasnya, umat Islam berjuang untuk meningkatkan kualitas ibadah mereka. Selain puasa, mereka juga berusaha untuk memperbanyak membaca Al-Qur’an, berdoa, dan melaksanakan shalat Tarawih. Semua ini adalah bentuk perjuangan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Membantu Sesama
Selain itu, Ahmad melihat, Ramadhan juga menjadi bulan perjuangan umat Islam untuk membantu sesama. Zakat, infak, dan sedekah menjadi fokus utama selama Ramadhan, umat Islam yang beruntung berusaha untuk berbagi dengan mereka yang kurang beruntung. Perjuangan untuk meningkatkan kepedulian sosial dan membantu orang yang membutuhkan menjadi bagian dari makna Ramadhan yang lebih besar.
Bulan Dakwah
Ia juga menyebut Ramadhan sebagai bulan dakwah. Banyak tokoh-tokoh Islam yang menggunakan bulan Ramadhan untuk menyebarkan ajaran Islam, mengingat banyak umat Muslim yang lebih fokus beribadah dan mendengarkan ceramah selama bulan tersebut. Sehingga Ramadhan menjadi waktu yang tepat untuk memperkuat dakwah Islam di masyarakat.
“Pada masa penjajahan, banyak ulama dan pejuang Islam yang memanfaatkan bulan Ramadhan untuk memberikan pengajaran agama kepada umat, serta menggalang kekuatan untuk melawan penjajahan,” ucap Ahmad.
Ahmad memandang, bulan Ramadhan mengajarkan umat Islam untuk tidak hanya berjuang secara fisik, tetapi juga secara spiritual dan sosial. Semangat perjuangan ini membawa dampak yang sangat besar dalam kehidupan pribadi, keluarga, masyarakat, bahkan dalam sejarah umat Islam. Oleh karena itu, Ramadhan sering disebut sebagai bulan perjuangan dalam segala aspek kehidupan.
Bulan Jihad
Selain yang berdimensi individu dan sosial, Ahmad menilai Ramadhan sebagai bulan perjuangan juga ditandai dengan berbagai peristiwa besar perjuangan dan jihad umat Islam, baik pada zaman Rasulullah maupun yang terjadi di Indonesia. Ia pun menyebut beberapa di antaranya.
Pertama, Perang Badar yang terjadi pada bulan Ramadhan tahun kedua Hijriah. Ini adalah pertempuran besar antara umat Muslim yang dipimpin oleh Nabi Muhammad SAW dengan pasukan Quraisy yang jauh lebih besar jumlahnya. Perang ini berakhir dengan kemenangan besar bagi kaum Muslim, meskipun jumlah pasukan mereka lebih sedikit. Perang Badar dianggap sebagai titik balik penting dalam sejarah Islam.
Kedua, Perang Uhud. Perang ini juga terjadi pada bulan Ramadhan, pada tahun ketiga Hijriah. Menurutnya, meskipun pasukan Muslim kalah dalam pertempuran ini, namun banyak pelajaran berharga yang bisa diambil, termasuk tentang pentingnya disiplin dan kepatuhan terhadap perintah pemimpin, serta kesabaran dalam menghadapi ujian.
Ketiga, Futuh Makkah. Ahmad menjelaskan, pada Ramadhan tahun kedelapan Hijriah, Nabi Muhammad SAW memimpin pasukan Muslim untuk Futuh Makkah yang sebelumnya dikuasai oleh kaum Quraisy. Pembukaan Makkah ini menandai kemenangan besar bagi Islam dan penegakan ajaran tauhid, serta penghancuran berhala yang ada di Ka’bah.
Keempat, Perjanjian Hudaibiyah. Peristiwa ini terjadi pada Ramadhan tahun keenam Hijriah. Meskipun sempat menimbulkan kontroversi di kalangan sebagian shahabat, perjanjian damai ini terbukti menjadi langkah strategis yang memfasilitasi penyebaran Islam di seluruh Jazirah Arab.
Kelima, Perang Padri (1803-1837). Perang Padri adalah salah satu perang besar yang melibatkan masyarakat Minangkabau di Sumatera Barat dengan kolonial Belanda pada awal abad ke-19.
Ahmad menjelaskan, perang ini dipicu oleh gerakan reformasi yang dibawa oleh kaum Padri, yang dipengaruhi oleh ajaran Islam yang lebih ketat. Perang ini sebagian besar terjadi pada bulan Ramadhan, dan semangat jihad serta perjuangan agama menjadi salah satu motivasi utama dalam perlawanan terhadap kolonialisme Belanda.
Keenam, Perang Diponegoro (1825-1830). Perang yang dipimpin oleh Pangeran Diponegoro, yang terjadi di Jawa pada abad ke-19, memiliki hubungan erat dengan semangat keagamaan yang kuat.
Ia mengungkapkan, meskipun peristiwa ini berlangsung sepanjang tahun, banyak pertempuran besar yang terjadi pada bulan Ramadhan. Perang ini dianggap sebagai bentuk perjuangan melawan penjajahan Belanda dengan memperjuangkan kehormatan agama dan budaya. Pada bulan Ramadhan, semangat umat Islam di Jawa yang tergabung dalam perjuangan ini semakin berkobar.
Ketujuh, Perlawanan Bersyariah di Aceh (1873-1903). Perlawanan Aceh terhadap penjajahan Belanda juga dipenuhi oleh semangat perjuangan agama. Aceh dikenal dengan sebutan Serambi Makkah karena kuatnya pengaruh Islam di sana. Sebagian besar perlawanan ini terjadi pada bulan Ramadhan. Para pejuang Aceh berjuang dengan semangat agama dan jihad untuk mempertahankan tanah air mereka dari kolonialisme Belanda. Pemberontakan ini berlangsung lama dan penuh dengan peristiwa besar yang menginspirasi banyak orang.
“Maka selayaknya, kaum Muslimin selalu mengobarkan spirit perjuangan saat datang Bulan Suci Ramadhan dan menjaganya sepanjang tahun,” pungkasnya.[] Agung Sumartono
Dapatkan update berita terbaru melalui saluran Whatsapp Mediaumat