Agar Miliki Posisi Tawar, Indonesia Butuh Kekuatan Riil

MediaUmat – Agar memiliki posisi tawar di dunia internasional, Indonesia bukan hanya butuh hanya butuh strategi negosiasi tapi juga butuh kekuatan riil, kekuatan ekonomi, dan militer.
“Diplomasi sebuah negara itu kan bukan hanya di apa bukan hanya butuh modal strategi negosiasi tapi juga butuh kekuatan riil, kekuatan ekonomi, dan kekuatan militer,” ujarnya dalam Fokus Reguler: Negosiasi Tarif: Indonesia Kalah, AS Menang Banyak? di kanal YouTube UIY Official, Ahad (20/7/2025).
Karena tidak memiliki kekuatan riil, sebut Hasbi, maka tidak aneh Indonesia itu akhirnya mengalah, harus membeli Boeing, harus menolpersenkan impor dari Amerika Serikat dan mau menerima berbagai tawaran Trump yang itu merugikan Indonesia.
“Sebab Indonesia itu bergantung terhadap Amerika!” sebutnya.
Menurutnya, dari aspek ketergantungan ini yang membuat Indonesia menjadi lemah.
“Jadi Amerika minta apa? Minta apa? Minta apa? Indonesia tidak bisa menolak pada akhirnya gitu,” ungkapnya.
Pasalnya, sebut Hasbi, saat ini Indonesia masih sangat bergantung kepada Amerika Serikat dalam aspek target ekspornya dan Indonesia juga kelihatannya kesulitan untuk mencari wilayah-wilayah ekspor atau mitra dagang baru.
“Jadi, kita itu bergantung secara ekonomi,” ujarnya.
Kepada Amerika Serikat kata Hasbi, Indonesia bergantung secara militer, termasuk khususnya dalam konteks hari ini eskalasi di Laut Cina Selatan yang meningkat, agresivitas Cina misalnya.
“Nah, Indonesia butuh dukungan Amerika Serikat untuk mengamankan kepentingan Indonesia di wilayah Asia Pasifik khususnya Laut Cina Selatan,” ungkapnya.
Kepada Cina pun, sebut Hasbi, Indonesia butuh ekonominya Cina walaupun misalnya Cina itu melanggar perairan Indonesia terutama di Natuna Utara. Termasuk nelayan-nelayan Cina. Walhasil, Indonesia pun tidak dapat bersuara keras. Bahkan pendekatan yang digunakan pendekatan soft (lunak).
“Inilah bukti bahwa diplomasi tidak cukup hanya dengan keahlian negosiasi. Yang dibutuhkan adalah fondasi kekuatan, terutama kekuatan ekonomi dan militer. Jika kita lemah secara ekonomi, maka kita akan lemah secara keseluruhan dan mudah ditekan negara lain,” jelas Hasbi.
Sistem bernegara Indonesia masih lemah simpulnya, dan tidak memiliki visi besar layaknya Amerika Serikat. Padahal, AS bukan bagian dari kolonialisasi Eropa. Namun memiliki visi besar untuk menjadi kekuatan dunia, yang kemudian diwujudkan melalui pembangunan ekonomi dan kekuatan militernya.
Indonesia Negara Middle Power
Hasbi berpandangan Indonesia itu lebih senang di level istilahnya itu middle power. Negara middle power (kekuatan menengah) itu bukan negara yang maju negara sedang ekonominya begitupun juga secara militer juga sedang sehingga pengaruhnya itu tidak terlalu besar dan internasional.
“Kebanyakan negara-negara yang mirip middle power itu netral ya tidak bisa bertindak lebih jauh dan biasanya negara middle power itu kebanyakan hanya bisa menyerukan mengajak mengingatkan,” jelasnya.
Buktinya, ucap Hasbi, Indonesia dalam merespons berbagai isu konflik internasional hanya bisa menyerukan mengajak dan mengecam itu karena memang posisi negara-negara yang bukan superpower (adidaya) secara ekonomi dan militer cuma segitu.
Kecuali, sebutnya, Indonesia bisa lebih meningkatkan power-nya atau posisi kekuatannya di internasional menjadi negara superpower.
“Nah, kalau ini negara superpower berarti fungsinya dan langkah-langkahnya juga harus power. Itulah yang bisa membuat Indonesia lebih maju,” pungkasnya.[] Muhammad Nur
Dapatkan update berita terbaru melalui saluran Whatsapp Mediaumat