Acara Wisuda Sarat Maksiat Dikritik, Muslim Denmark Justru Dihujat

Gelombang kebencian terhadap Islam kembali mencuat di Denmark, kali ini dipicu oleh kritik umat Islam terhadap budaya mabuk-mabukan dalam perayaan kelulusan pelajar Denmark. Sejumlah Muslim di Denmark mengunggah ucapan selamat kepada para lulusan Muslim disertai seruan agar menjauhi budaya kelulusan yang sarat dengan minuman keras dan perilaku tidak bermoral — sebuah seruan wajar yang lahir dari akidah Islam. Namun, reaksi yang muncul dari media dan politisi Denmark justru menunjukkan wajah asli sistem sekuler yang fobia terhadap Islam.
Alih-alih membahas substansi kritik tersebut — yakni kerusakan moral dalam tradisi wisuda — media-media arus utama dan sejumlah politisi lintas partai malah menggiring opini publik untuk menyerang pribadi para Muslim yang bersuara. Seorang anggota Hizbut Tahrir Denmark bahkan menjadi sasaran fitnah pribadi, dengan kehidupan profesionalnya diseret dalam narasi jahat yang bertujuan membungkam suara Islam.
Menteri Integrasi Kaare Dybvad Bek dari Partai Sosial Demokrat secara terang-terangan membela budaya mabuk dalam wawancara dengan BT, menyebutnya sebagai “bagian dari budaya kita” yang harus diterima. Ia bahkan menyatakan bahwa menolak budaya mabuk menunjukkan “ketidakmampuan untuk menjadi bagian dari masyarakat Denmark.” Sikap serupa juga ditunjukkan Menteri Kebudayaan Jakob Engel-Schmidt yang, meski memiliki rekam jejak sebagai pengguna narkoba, kini merasa berhak menentukan nilai-nilai moral bagi umat Islam.
Fenomena ini kembali menunjukkan standar ganda sistem sekuler Barat. Ketika umat Islam menyampaikan pandangan berdasarkan akidah mereka — pandangan yang menyerukan kebaikan dan menjaga moralitas — mereka justru dicap ekstremis dan diserang. Namun, ketika pelanggaran moral seperti mabuk massal, pergaulan bebas, dan kerusakan sosial lainnya terjadi secara terang-terangan, sistem ini diam atau bahkan membelanya atas nama “kebebasan individu”.
Lebih ironis lagi, kebebasan berbicara yang kerap diagung-agungkan oleh negara-negara Barat mendadak lenyap ketika ekspresi tersebut datang dari Islam. Seruan untuk menjaga kemurnian nilai dan menjauhi kemaksiatan malah dianggap sebagai ancaman terhadap “nilai-nilai Denmark.”
Dalam siaran persnya, Hizbut Tahrir Denmark menyampaikan penghargaan kepada para pemuda Muslim yang tetap teguh memegang nilai-nilai Islam meski berada di bawah tekanan sistem dan masyarakat yang penuh kebencian. “Kalian adalah teladan pemuda yang memiliki nilai dan integritas sejati,” tulis Elias Lamrabet, juru bicara Hizbut Tahrir di Denmark. Ia menyerukan kepada para pemuda Muslim untuk terus membawa Islam dalam setiap aspek kehidupan mereka, sebagai jalan membendung arus kemaksiatan dan kebohongan sistem kufur yang mendominasi.
Kejadian ini semakin menegaskan urgensi tegaknya Khilafah yang akan menjadi pelindung sejati bagi umat Islam, sekaligus mercusuar peradaban yang membawa rahmat bagi seluruh alam — bukan sistem rusak yang menormalisasi mabuk dan menjadikan kemaksiatan sebagai budaya.[] AF
Dapatkan update berita terbaru melalui saluran Whatsapp Mediaumat