Pemred Al-Wa’ie: Agenda Politik Zohran Mamdani Jauh dari Islam

 Pemred Al-Wa’ie: Agenda Politik Zohran Mamdani Jauh dari Islam

MediaUmat Menjawab apakah sepak terjang politik Zohran Mamdani, wali kota Muslim terpilih di New York, Amerika Serikat (AS), berakar pada ajaran Islam yang sesungguhnya, Pemimpin Redaksi Majalah Al-Wa’ie Farid Wadjdi menegaskan, tidak. “Tentu saja tidak,” tegasnya kepada media-umat.com, Ahad (9/11/2025).

Menurutnya, hal itu tampak dari sikap Mamdani yang selama ini memang tidak pernah mengusung agenda-agenda seperti pemerintahan Islam maupun penerapan syariah Islam.

Pula, hal itu bisa dilihat dari program-program politik Mamdani yang berfokus pada isu-isu sosial-ekonomi yang universal. Di antaranya perumahan terjangkau, transportasi publik, kesejahteraan pekerja, layanan sosial, keadilan sosial dan lingkungan, hingga pajak orang kaya.

Tak hanya itu, dikarenakan dikenal juga sebagai pendukung LGBT, Mamdani bisa dikategorikan sebagai orang yang berpikiran liberal. “Ini jauh bertentangan dengan pemikiran Islam,” kata Farid kembali menegaskan.

Maka, terpilihnya sosok beragama Islam tersebut sebagai wali kota New York, tak lebih dari sekadar kebetulan yang tak lantas kemudian bisa disebut sebagai kemenangan yang merepresentasikan Islam.

“Ini tidak lebih dari munculnya pemimpin yang kebetulan Muslim,” sebut Farid, yang berarti pula umat tak bisa berharap banyak Mamdani akan membawa perubahan ke arah kehidupan Islam.

Perihal tersebut juga telah dikonfirmasi Mamdani sendiri dalam pidato kemenangan di depan para pendukungnya. “Aku muda, aku Muslim, aku seorang sosialis demokrat, dan yang paling menyakitkan dari semuanya, aku tidak akan meminta maaf atas semua itu,” kata Mamdani sebagaimana diberitakan metrotvnews.com (5/11).

Tak Anti-Israel

Lantas terkait dengan sikap yang pro-Palestina, termasuk menyebut perang Israel di Gaza sebagai genosida, pun tak otomatis mengubah Mamdani menjadi sosok yang anti terhadap Israel.

Menurut Farid, kala itu Mamdani hanya mengkritik apa yang disebut sebagai genosida atas Gaza. “Mamdani sebenarnya bukan anti terhadap negara Israel, tapi yang dia kritik itu adalah genosida yang dilakukan oleh Israel,” jelasnya.

Dengan kata lain, kalau pun pro terhadap Palestina, sikap itu hanya didasarkan atas rasa kemanusiaan sebagaimana pandangannya yang memang sosialis, bukan hasil dari pemikiran Islam.

“Jadi bukan karena narasi-narasi Mamdani yang menunjukkan pemikiran-pemikiran Islamnya,” tandas Farid.

Sama halnya dengan narasi-narasi kemanusiaan yang menentang Donald Trump, terutama kebijakannya terhadap Israel, dan kebijakan-kebijakan liberal lainnya, menurut Farid, sesungguhnya Mamdani sedang mengkritik presiden, tidak mengkritik AS yang secara historis dan strategis memiliki hubungan yang sangat dekat dan condong ke Israel. AS juga negara pertama yang memberikan pengakuan de facto pada 14 Mei 1948, sesaat setelah Israel memproklamasikan kemerdekaannya.

“Mamdani sesungguhnya bukan mengkritik ide-ide Amerika, bukan mengkritik Amerika sendiri. Basis Mamdani tetap berbasiskan nilai-nilai kapitalisme liberal,” tandasnya.

Lebih jauh, secara formal legalistik, pejabat publik di AS, termasuk presiden dan wali kota, diharuskan untuk mendukung Konstitusi AS secara keseluruhan, yang menjadi landasan sistem pemerintahan federal republik dan prinsip-prinsip demokrasi di negara tersebut.[] Zainul Krian

Dapatkan update berita terbaru melalui saluran Whatsapp Mediaumat

Share artikel ini:

Related post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *