MUI: Islam Menggerakkan Ulama untuk Menjadi Mujahidin
MediaUmat – Wakil Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH Muhyiddin Junaidi menilai Islamlah yang menggerakkan para ulama untuk menjadi mujahidin.
“Jadi Islam itulah yang menggerakkan para ulama untuk menjadi mujahidin,” ujarnya dalam diskusi online Resolusi Jihad: Dulu, Kini, dan Esok Senin (13/10/25) di kanal YouTube Media Umat.
Menurutnya, para ulama tidak mengharapkan balasan, reward, apalagi mengharapkan medali dan lain sebagainya. Melainkan hanyalah pahala dari Allah SWT.
“Kita lihat di dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari radhiallahu anhu. Apa? Sesungguhnya di surga ada 100 ya derajat bagi orang-orang yang berjihad di jalan Allah. makamnya itu lebih tinggi daripada yang lain,” ujarnya.
Dengan demikian, bebernya, para ulama yang paham agama itu secara alamiah pasti terpanggil untuk berjihad di jalan Allah.
“Tidak lagi mereka mengharapkan apa-apa. Oleh karena itu karena jihad ini sangat penting, elemen yang sangat esensial untuk membebaskan manusia dari penghambaan manusia, maka yang menjadi komando-komandan perang itu adalah orang-orang yang memiliki pemahaman agama yang tinggi,” jelasnya.
Jadi, lanjutnya, wajar jika seorang kiai atau guru yang paham agama Islam secara tidak langsung menjadi komandan mujahidin dan itu diabadikan juga dalam sejarah.
“Oleh karena itu banyak sekali ya Al-Qur’an yang memberikan motivasi dan semangat kepada umat Islam untuk berjihad,” bebernya.
Berhasil
KH Muhyiddin juga beberkan cara agar jihadnya berhasil, yang pertama adalah kualitas keimanan.
“Ya, kalau ingin berhasil karena keimanan yang kuat, modal penting agar dia tidak mudah digoyahkan oleh rayuan materi, rayuan jabatan ya, tahta, wanita ya, dan lain sebagainya. Kalau imannya kuat, maka diletakkan itu nomor satu ya,” jelasnya.
Yang kedua, lanjutnya, harus meninggalkan sifat-sifat yang tidak terpuji. “Orang mujahidin itu harus hijrah. Dia harus lebih dekat kepada Sang Khaliq,” jelasnya.
Yang ketiga, ujarnya, memperbaiki makna jihad dari framing-framing negatif yang dilontarkan oleh musuh-musuh Islam.
“Ini masalah jihad. Jihad ini sering disalahtafsirkan seakan-akan orang yang berjihad itu adalah kelompok teroris, kelompok radikal. Yaitu memang produk musuh-musuh Islam. Dari dulu sampai sekarang kalau kita sedikit agak keras berbicara menegakkan kebenaran, kita pun mendapatkan julukan yang sama. Dilabeli oleh mereka adalah ustadz yang radikal ya, ustadz khilafah dan lain sebagainya. Pokoknya yang jelek-jelek itu milik kita, yang baik-baik mereka. Bahkan saat ini mereka mendatangkan orang-orang yang sengaja untuk memengaruhi kepala cara berpikir umat Islam,” pungkasnya.[] Setiyawan Dwi
Dapatkan update berita terbaru melalui saluran Whatsapp Mediaumat