Trump dan Penguasa Negeri Muslim Rayakan Perdamaian Atas Apa, Sementara Palestina Masih Dijajah

 Trump dan Penguasa Negeri Muslim Rayakan Perdamaian Atas Apa, Sementara Palestina Masih Dijajah

MediaUmat Hizbut Tahrir mempertanyakan sikap kurang empati dari beberapa penguasa negeri-negeri Muslim bersama Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang merayakan klaim tercapainya Perjanjian Damai Jalur Gaza, Palestina, sementara penjajahan masih terjadi dan Trump sendiri adalah pendukung utama penjajahan di sana.

“Atas (dasar) apa mereka merayakannya dan memuji Trump. Padahal dia (Trump) adalah pendukung utama entitas Yahudi dalam menghancurkan rumah-rumah Gaza, pepohonan dan bebatuan?” demikian bunyi siaran pers Hizbut Tahrir, yang diterima media-umat.com, Ahad (12/10/2025).

Tegasnya, dialah Trump yang selama ini berdiri di belakang rencana pengosongan Gaza secara permanen, hingga melakukan apa yang disebut sebagai genosida terhadap lebih dari 67.000 warga Gaza hanya dalam waktu dua tahun sejak Operasi Badai al-Aqsha 7 Oktober 2023 lalu yang mempermalukan rezim Israel di mata dunia.

Dilansir CNN berbahasa Arab (9/10/2025), Presiden Mesir as-Sisi menyampaikan undangan kepada Trump untuk ikut serta dalam perayaan yang digelar di Mesir pada Senin (13/10), berkaitan dengan penandatanganan Perjanjian Damai Gaza yang dia anggap sebagai kesepakatan historis memuncaki upaya bersama Mesir, AS, serta lebih dari 20 pemimpin negara mediator lainnya.

Hizbut Tahrir memaparkan, selain Trump merupakan pendukung utama penjajahan, isi dari kesepakatan tersebut juga layak dikecam, sehingga para pemimpin negeri Muslim mediator perjanjian pun pantas disebut pengkhianat kepentingan kaum Muslim di Palestina.

Tengoklah di poin kesembilan yang bisa dilihat sebagai bentuk legalisasi penguasaan asing atas Palestina.

“Gaza akan diperintah di bawah otoritas transisi sementara oleh sebuah Komite Palestina Teknokratis dan Non-politik yang bertanggung jawab untuk menjalankan layanan publik dan kota sehari-hari bagi penduduk Gaza,” ungkapnya.

Dengan kata lain, Gaza bakal berada di bawah pengawasan dan supervisi Badan Transisi Internasional baru yang disebut ‘Majelis Perdamaian’, yang akan diketuai oleh Presiden Donald Trump, dengan anggota dan kepala negara lainnya yang akan diumumkan, termasuk mantan Perdana Menteri Inggris Tony Blair.

Ditambah, AS juga yang akan mengepalai pusat koordinasi sipil-militer untuk Jalur Gaza. Hal ini sebagaimana dilansir Asy-Syarq al-Awsath (11/10), yang melaporkan, pasukan AS telah tiba di wilayah pendudukan Israel sebagai bagian dari upaya untuk mendirikan pusat koordinasi sipil-militer guna memantau pelaksanaan perjanjian gencatan senjata.

Belum lagi poin ketiga belas yang meminta demiliterisasi Gaza berupa rencana memerintahkan pembongkaran infrastruktur militer, terowongan, dan pelucutan senjata dengan pengawasan pemantau independen.

Pun meski terdapat poin yang mengharuskan penarikan pasukan Zionis keluar dari Gaza, secara implisit pasukan ini akan tetap berada di dalam wilayah Gaza. Sebabnya, penarikan hanya akan dilakukan ke Garis Kuning, perbatasan negara pendudukan dengan Jalur Gaza.

Upaya yang menurut Hizbut Tahrir sebagai bentuk pelemahan kemampuan perlawanan rakyat Palestina ini, diperberat dengan tetap berkuasanya entitas penjajah Yahudi atas 53 persen wilayah Jalur Gaza, yang mengakibatkan warga harus berpindah dari satu tempat ke tempat lain.

“Mereka kehilangan para syuhada’, laki-laki, perempuan, dan anak-anak, hingga jika mereka tiba di rumah mereka, mereka mendapati rumah mereka hancur, tidak dapat memberi tempat bernaung baik bagi warga maupun pengungsi,” ungkap Hizbut Tahrir.

Demikian, upaya Trump ini hanya penguatan untuk Yahudi namun penelantaran untuk negeri kaum Muslim, tanah yang diberkahi, Palestina.

“Apakah begitu para penguasa kaum Muslim memperlakukan Trump dan kaum kafir penjajah?” tandas Hizbut Tahrir, menyinggung sikap penguasa negeri Muslim terhadap Barat penjajah.

Bencana Besar dan Seruan Hizbut Tahrir

Karenanya, menjadi bencana besar jika upaya pembebasan Gaza tak dilakukan dengan ‘tangan’ tentara-tentara kaum Muslim. “Sungguh bencana amat besar, Gaza tidak dibebaskan dengan tangan tentara kaum Muslim,” sebut Hizbut Tahrir.

Artinya, bukanlah Perjanjian Damai yang bisa menyelesaikan persoalan di Gaza. Apalagi kendati diliputi momentum positif, tidak ada jaminan bahwa perang yang telah berlangsung dua tahun di Gaza itu akan benar-benar berakhir.

Hizbut Tahrir pun menyerukan penghancuran entitas penjajah Yahudi dengan pengiriman segera tentara dari negeri-negeri Muslim ke wilayah pendudukan Israel. Untuk selanjutnya, mengembalikan kemuliaan Palestina seluruhnya ke wilayah kekuasaan Islam.

“(Maka) bersegeralah menghancurkan entitas Yahudi dan mengembalikan tanah yang diberkahi seluruhnya ke diyâr (wilayah kekuasaan) Islam,” serunya.

Menurutnya, tentara-tentara kaum Muslim sebenarnya mampu membebaskan al-Quds dan mengusir Zionis Yahudi dengan membunuh dan menghinadinakan mereka, sebagaimana suksesi tentara Islam yang dipimpin oleh Shalahuddin al-Ayyubi ketika memerangi dan mengalahkan mereka dengan kekalahan yang pantas mereka derita.

“Tidakkah di antara kalian ada pemimpin seperti itu yang dapat memimpin kalian dalam memerangi musuh kalian yang telah ditimpahkan kepada mereka nista dan kehinaan, dan tidak dapat menang dalam perang melawan kalian?” sambungnya, seraya mengutip QS Ali Imran: 111 yang artinya:

“Dan jika mereka berperang dengan kamu, pastilah mereka berbalik melarikan diri ke belakang (kalah). Kemudian mereka tidak mendapat pertolongan.”

Terakhir, Hizbut Tahrir meyakinkan para tentara Muslim bahwasanya pertolongan Allah SWT berikut janji-Nya tentang kembalinya al-Khilafah ar-Rasyidah yang dengannya kemuliaan senantiasa melekat atas Islam dan kaum Muslim, adalah dekat.

“Dan di hari (kemenangan) itu bergembiralah orang-orang yang beriman karena pertolongan Allah. Dia menolong siapa yang Dia kehendaki dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Penyayang,” pungkasnya, mengutip QS Ar-Rum: 4-5.[] Zainul Krian

Dapatkan update berita terbaru melalui saluran Whatsapp Mediaumat

Share artikel ini:

Related post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *