Kemiskinan yang Menimpa Indonesia Buah dari Sistem Kapitalis

MediaUmat – Kemiskinan yang menimpa lebih dari 60 persen penduduk Indonesia (World Bank 2025), menurut Peneliti dari Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Muhammad Ishak, bukanlah takdir melainkan buah dari diterapkannya sistem ekonomi kapitalis yang menjadikan kekayaan hanya berputar di kalangan elite.
“Kemiskinan bukanlah takdir, melainkan buah dari diterapkannya sistem ekonomi kapitalis yang menjadikan kekayaan hanya berputar di kalangan elite,” ujarnya dalam Kajian Islam Kaffah: Cara Islam Mengatasi Kemiskinan yang diselenggarakan Majelis Miftahul Hikam, Ahad (29/6/2025) malam di Gedung MUI Kota Depok.
Karena, jelasnya, sumber daya alam (SDA) Indonesia termasuk terbesar di dunia. Sementara 10% orang terkaya menguasai hampir setengah kekayaan nasional.
“Kondisi ini diperparah di daerah kaya SDA akibat pengelolaan yang serakah dan distribusi yang buruk, yang juga menyebabkan kerusakan lingkungan dan dampak sosial negatif seperti konflik lahan serta hilangnya mata pencarian bagi komunitas lokal,” jelasnya.
Ia menuding penerapan kapitalisme sebagai pangkal masalah. Ditandai dengan penguasaan sebagian besar SDA oleh korporasi swasta dan oligarki, serta lemahnya regulasi dan penegakan hukum yang memicu praktik ilegal dan korupsi.
“Beban utang pemerintah yang semakin besar, banyaknya pungutan pajak dan non-pajak kepada rakyat, komersialisasi pendidikan dan kesehatan, serta jeratan utang berbunga tinggi juga menjadi faktor pemicu kesenjangan yang ada sampai saat ini,” bebernya merujuk kepada semua perkara yang lahir dari ideologi yang ditegakkan di Indonesia.
Pembicara lainnya, Pembina Yayasan Nurul Islam Mandiri Karawang Rokim Abdul Karim dengan tegas menyatakan negeri yang berpenduduk mayoritas Muslim ini harus menjadikan Islam sebagai solusinya.
“(Harus) kembali kepada syariat Islam sebagai satu-satunya ideologi yang benar dan wajib diamalkan secara menyeluruh,” tegasnya.
Dalam Islam, jelas Rokim, kebutuhan pokok individu seperti rumah, pakaian, makanan, dan rasa aman dijamin oleh negara melalui mekanisme pengaturan sistem ekonomi yang sesuai dengan aturan Allah.
“Islam mampu memutus akar kemiskinan dari hulunya, dengan sistem distribusi yang adil serta menjamin kebutuhan pokok tiap individu,” ungkapnya.
Islam juga, tegas Rokim, meniadakan sistem riba yang mencekik rakyat dan mengganti pajak eksploitatif dengan mekanisme zakat, kharaj, jizyah, dan fai yang adil.
Rokim juga menekankan pentingnya kepemimpinan Islam yang amanah dalam mendistribusikan kekayaan negara.
“Ketika daulah Islam tegak, maka negara akan bertanggung jawab penuh menjamin sandang, pangan, dan papan setiap warganya. Bukan seperti sekarang, rakyat justru disuruh mandiri di tengah ketimpangan struktural,” tegasnya.
Di akhir pemaparan, Rokim mengajak umat Islam bersama-sama berjuang, ikut andil, agar hukum Allah tegak di muka bumi.
“Perjuangan harus dilakukan karena umat Islam tidak boleh diam ketika melihat kemungkaran. Sistem yang ada saat ini adalah bentuk kemungkaran yang menjadikan ketimpangan sosial dan kemiskinan di negeri ini, pungkasnya.[] Vidi Albarra
Dapatkan update berita terbaru melalui saluran Whatsapp Mediaumat