Hizbut Tahrir Kecam Keras Sikap Jerman Dukung Buta Entitas Penjajah Yahudi

Hizbut Tahrir Kecam Keras Sikap Jerman terhadap Entitas penjajah Yahudi di Tengah Peringatan 60 Tahun Hubungan Diplomatik
Berlin – Dalam peringatan 60 tahun hubungan diplomatik antara Jerman dan Israel, pemerintah Jerman kembali menegaskan komitmen kuatnya terhadap keamanan dan eksistensi penjajah Yahudi. Namun, langkah ini menuai kritik tajam dari Hizbut Tahrir, yang menilai Jerman telah menyia-nyiakan kesempatan bersejarah untuk mengakhiri apa yang mereka sebut sebagai “rasa bersalah yang dibuat-buat” terhadap entitas penjajah Yahudi.
Kritik tersebut disampaikan melalui pernyataan resmi Kantor Media Hizbut Tahrir di negara-negara berbahasa Jerman, Selasa (20/5). Partai Politik internasional ini menyatakan pemerintah Jerman terus terperangkap dalam narasi sejarah yang mereka anggap manipulatif dan digunakan sebagai dalih untuk memberikan dukungan tanpa syarat terhadap Israel, bahkan ketika operasi militer di Gaza menimbulkan korban sipil besar-besaran.
“Jerman kehilangan kesempatan bersejarah untuk membebaskan diri dari rasa bersalah abadi terhadap orang Yahudi,” bunyi pernyataan tersebut. Hizbut Tahrir juga menyatakan bahwa deklarasi Kanselir Friedrich Merz, yang menyebut keamanan entitas penjajah Yahudi sebagai bagian dari “inti keberadaan Jerman”, menunjukkan tingkat “obsesi” yang membahayakan integritas hukum dan moral Jerman sendiri.
Hizbut Tahrir juga mengkritik keputusan Merz yang membuka kemungkinan kunjungan Perdana Menteri Entitas penjajah Yahudi Benjamin Netanyahu ke Jerman, meski terdapat surat perintah penangkapan dari Pengadilan Kriminal Internasional (ICC). Hizbut Tahrir menyebut langkah itu sebagai bentuk “subversi hukum internasional” yang menjadikan prinsip keadilan global tampak tidak bermakna.
Lebih jauh, Hizbut Tahrir menyatakan bahwa seruan Jerman untuk gencatan senjata di Gaza semata-mata dilandasi oleh kepentingan strategis Israel, bukan karena kepedulian terhadap krisis kemanusiaan di Palestina. Mereka mengecam keras pendekatan ini dan menyebutnya sebagai “bukti nyata dari standar ganda Jerman dalam kebijakan luar negeri.”
Organisasi tersebut juga menyerukan pembebasan dari “belenggu hubungan dengan entitas Zionis,” dan menyatakan bahwa tanggung jawab moral Jerman seharusnya tidak dimaknai sebagai dukungan terhadap kebijakan yang mereka sebut sebagai “pemusnahan dan penjajahan.” Hizbut Tahrir memperingatkan bahwa jika Jerman terus mempertahankan posisi tersebut, maka negara itu harus siap menghadapi dampak politik dan historis di masa depan.
Mengakhiri pernyataannya, Hizbut Tahrir mengangkat seruan ideologis untuk membangun kembali kekuatan politik umat Islam melalui pendirian Khilafah Islam, yang akan “membongkar sistem kolonial di Timur Tengah.” []AF
Dapatkan update berita terbaru melalui saluran Whatsapp Mediaumat