Paradoks Puasa; Halal Ditinggalkan, Haram Dilakukan

 Paradoks Puasa; Halal Ditinggalkan, Haram Dilakukan

Mediaumat.info – Cendekiawan Muslim Ustadz Muhammad Ismail Yusanto (UIY) menilai pada bulan Ramadhan muncul paradoks puasa berupa meninggalkan aktivitas halal namun tetap melakukan aktivitas haram.

“Muncul paradoks memang. Orang berpuasa meninggalkan yang halal, tapi di saat yang sama dia makan riba, bahkan pegawai dari bank ribawi. Itu dia puasa, meninggalkan yang halal gitu, tapi dia melakukan sesuatu yang haram. Pemimpin, dia memimpin sistem sekularistik, meninggalkan agama, meninggalkan perintah Allah gitu, memperingati Nuzulul Quran di istana, tapi ajaran Al-Qur’annya ditinggalkan, bahkan ditolak dan orang yang memperjuangkannya dikriminalisasi. Nah, itu paradoks,” bebernya dalam program Fokus to the Point: Ramadhan tapi Tak Ada Perubahan, Kenapa? Rabu (12/3/2025) di kanal YouTube UIY Official.

Menurutnya, paradoks puasa ini bisa terjadi, karena umat Islam tidak memahami esensi beribadah. Hanya mencukupkan melakukan ibadah titik. Artinya, mencukupkan ibadah mahdhah saja. Sedangkan umat Islam diciptakan untuk beribadah, baik dari aspek-aspek ritual (ibadah mahdhah) maupun nonritual, seperti aspek ekonomi, politik, sosial, budaya.

“Iya karena ibadah itu dilakukan sebagai ibadah titik, ibadah mahdhah gitu. Dia tidak berangkai dengan ibadah lain, dengan ibadah ghairu mahdhah. Kita diciptakan untuk beribadah, maka kemudian kita mestinya melakukannya itu pada ibadah mahdhah maupun ghairu mahdhah,” terangnya.

Kemudian, lanjutnya, cara menyelesaikan paradoks ini, hanya dengan dakwah. Dengan menjelaskan secara benar risalah Islam, akidah syariah, ibadah dan konsekuensi dari ibadah mahdhah maupun ghairu mahdhah, sampai kemudian terdorong untuk menegakkan kehidupan Islam.

“Lantas bagaimana menyelesaikan paradoks ini? tidak bisa tidak memang dakwah,” cetusnya.

Ia menjelaskan, sepanjang kehidupan umat Islam seperti sekarang, maka selalu terjadi parsialisasi agama. Artinya, agama hanya muncul pada momen-momen tertentu atau pada aspek tertentu. Sehingga, dakwah menjadi sangat penting dan dakwah harus diarahkan bagi tegaknya kembali kehidupan Islam.

“Itulah yang dimaksud dakwah li isti’nafil hayatil islamiyyah atau mengajak kembali kaum Muslimin pada pengamalan hukum-hukum Islam, dari masalah ibadah itu sendiri, ibadah mahdhah sampai muamalah dan seterusnya,” pungkasnya.[] Novita Ratnasari

Dapatkan update berita terbaru melalui saluran Whatsapp Mediaumat

Share artikel ini:

Related post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *