Indonesia, Paling Relijius Tapi Perilaku Amoral Sering Terjadi

 Indonesia, Paling Relijius Tapi Perilaku Amoral Sering Terjadi

Mediaumat.info – Direktur Siyasah Institute Iwan Januar menyatakan, Indonesia yang di tahun 2024 dinobatkan negeri yang paling relijius ke-7 sedunia dan pertama se-ASEAN oleh majalah asal Amerika Serikat Ceoworld, tetapi perilaku amoral justru sering terjadi.

“Ironi. Bagaimana negara dengan penduduk mayoritas Muslim, dinobatkan sebagai negara paling relijius, tapi berbagai perilaku amoral justru sering terjadi? ” ujarnya kepada media-umat.info, Rabu (5/3/25).

Karena, lanjutnya, umat Islam membatasi beragama hanya untuk urusan pribadi, atau hanya sebatas ibadah.

“Hari ini umat Muslim masih mencintai agamanya, tapi hanya setengah. Kita gembira dengan kedatangan Ramadhan. Apalagi perayaan Idul Fitri. Tapi umat tidak gembira dengan ajaran Islam lainnya; muamalah, sosial, apalagi politik dan kenegaraan,” bebernya.

Dalam bahasa filsafat, tuturnya, umat sedang mempraktikkan sekulerisme dalam kehidupan.

“Mereka beragama tapi hanya separuhnya, bahkan kurang. Otoritas agama, bahkan Allah, mereka batasi hanya di ruang peribadatan. Kalaupun meluas hanya dalam ruang keluarga atau sosial,” tuturnya.

Umat, ungkapnya, mau menerima nasihat agama dalam urusan shalat, puasa, atau moral. Namun tidak untuk urusan muamalah, pidana, politik dan pemerintahan.

“Para tokoh agamanya pun membatasi konten ceramah mereka hanya dalam persoalan ibadah, akhlak, dan rumah tangga. Ada keengganan membahas dan menyerukan umat untuk totalitas dalam ketakwaan,” jelasnya.

Lebih parah lagi, tegasnya, para penguasanya. Meski mereka paling sering menjargonkan jangan bawa agama ke dalam politik. Faktanya elite politisi dan pejabat adalah kelompok yang paling sering mengeksploitasi agama.

“Tujuannya untuk pencitraan dan keuntungan politik. Mendadak shalih jelang pilkada atau pemilu; bersarung, berpeci, disyuting sedang buka puasa atau sedang shalat, untuk ditebar ke media massa. Namun kemudian paling keras memainkan isu radikalisme agama (Islam),” tegasnya.

Jadi, bebernya, inilah akar persoalan di tanah air. Bahkan Al-Qur’an, sudah mengingatkan sejak lama. Siapa saja yang meninggalkan petunjuk agama, maka akan terpuruk dalam kesengsaraan dan kerusakan akut.

“Firmannya: Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah menimpakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar),” bebernya mengutip TQS ar-Rum [30]: 41.

Menurut Iwan, para ulama tafsir menjelaskan makna akibat perbuatan manusia adalah karena kemaksiatan dan dosa-dosa.

“Apa itu? Meninggalkan perkara yang diwajibkan Allah dan atau menabrak larangan-Nya. Inilah maksiat dan dosa. Dampaknya adalah kerusakan di daratan dan di lautan. Daratan dijarah, lautan dikavling,” pungkasnya.[] Setiyawan Dwi

Share artikel ini:

Related post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *