Senator Bali Lecehkan Islam, Cendekiawan: Siapa yang Lebih Paham Syariat Islam?

 Senator Bali Lecehkan Islam, Cendekiawan: Siapa yang Lebih Paham Syariat Islam?

Mediaumat.info – Terkait dugaan penistaan ajaran Islam oleh senator Bali Arya Wedakarna yang non-Muslim dengan menyatakan ‘para frontliner di Bali tidak boleh mengenakan penutup kepala karena Bali bukanlah Middle East (Timur Tengah)’, Cendekiawan Muslim Irvan Abu Naveed memberikan pertanyaan retoris siapa yang lebih paham tentang syariat Islam sendiri, kemudian orang non-Muslim bisa seenaknya mengomentari tentang syariat di dalam Islam.

“Siapa yang lebih paham tentang syariat Islam sendiri, kemudian orang non-Muslim bisa seenaknya mengomentari tentang syariat di dalam Islam?” tuturnya dalam Kabar Petang: Anti Islam Berkedok Anti Timur Tengah, Selasa (9/1/2024) melalui kanal YouTube Khilafah News.

Irvan mengingatkan, hati-hati bagi kaum Muslim, jelas di dalam Islam sendiri yang namanya jilbab atau hijab itu bukan sekadar pakaian penutup kepala dan sebagainya.

“Ucapan-ucapan yang mengandung islamofobia semacam itu tentu wajib kita tolak,” tegasnya.

Ia mengungkapkan, terlebih jika dibawa kepada pemahaman Islam itu sendiri, yang namanya jilbab itu bukan budaya Arab, jadi tidak relevan kemudian menyudutkan jilbab, tidak boleh.

” Katakanlah ada di barisan terdepan kemudian disitir karena ini bukan Timur Tengah dan sebagainya,” ujarnya.

Irvan kembali menegaskan, kaum Muslimah yang tinggal di Bali sekalipun itu wajib berhijab, wajib berjilbab.

Orang yang tidak paham kerudung, jilbab, hijab, apalagi non-Muslim, ujarnya, mestilah menahan diri dari sikap sok tahu akan ajaran Islam tersebut. “Ada orang, apalagi orang yang bersangkutan adalah orang non-Muslim bukan seorang Muslim alangkah baiknya kalau mereka menahan diri dan belajar kepada para cendekiawan Muslim yang terpercaya,” ucapnya.

Menurut Irvan dalam Islam jelas yang namanya syariat jilbab atau berhijab itu sendiri itu para ulama kemudian merinci setidaknya berdasarkan dalil Al-Qur’an dan Sunnah.

Bagi mereka yang tidak memahami dan tidak mengimani kata Al-Qur’an, ujarnya, maka tidak boleh kemudian berbicara tentang Islam. Padahal mereka tidak paham tentang hakikat ajaran Islam sendiri.

“Ucapan yang menyudutkan seakan-akan jilbab atau hijab budaya Arab dan dia bukan syariat di dalam Islam sendiri itu kan menunjukkan perkatan yang tidak pada tempatnya dan terkesan sok tahu,” pungkasnya.[] Muhammad Nur

Share artikel ini:

Related post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *