Puan Matikan Mik Kala Anggota DPR Interupsi Soal LGBT, Siyasah Institute: Rakyat Patut Curiga, Jangan-Jangan…

 Puan Matikan Mik Kala Anggota DPR Interupsi Soal LGBT, Siyasah Institute: Rakyat Patut Curiga, Jangan-Jangan…

Mediaumat.id – Aksi Ketua DPR RI Puan Maharani mematikan mikrofon di saat ada anggota DPR hendak menyampaikan interupsi tentang kekosongan hukum mengenai lesbian, gay, biseksual, dan transgender di dalam KUHP, dicurigai sebagai upaya agar LGBT tidak diusik.

“Rakyat patut curiga ada kelompok-kelompok di DPR yang ingin LGBT tidak diusik,” ujar Direktur Siyasah Institute Iwan Januar kepada Mediaumat.id, Rabu (25/5/2022).

Seperti diberitakan, insiden dimaksud terjadi saat anggota DPR RI Fraksi PKS Amin AK tengah menyampaikan interupsi dan menyinggung ihwal penting tersebut pada Rapat Paripurna Masa Sidang V 2022-2023, Selasa (24/5) siang.

Sebelum alat pengeras suara dimatikan, Amin pun sempat mengatakan bahwa pengibaran bendera LGBT di Kedubes Singapura menjadi bukti perlunya sanksi terkait kelompok berperilaku menyimpang tersebut.

Malah seperti diketahui juga, aksi mematikan mikrofon anggota dewan sudah pernah Puan lakukan pada Rapat Paripurna 5 Oktober 2020 lalu. Ketika itu menimpa Benny K Harman dari Fraksi Demokrat saat membahas RUU Cipta Lapangan Kerja (Cilaka) dan langsung menjadi sorotan publik.

Namun terlepas itu, lanjut Iwan, kelompok berperilaku LGBT atau yang dalam perspektif hukum Islam sebagai tindak pidana itu patut diduga masih ada. “Buktinya mereka loloskan UU TPKS yang tersirat beri perlindungan pada kaum Sodom ini,” jelasnya.

Bahkan empat tahun lalu, tepatnya pada Sabtu, 20 Januari 2018, pernyataan mengejutkan keluar dari mulut Ketua MPR Zulkifli Hasan saat menghadiri Tanwir I Aisyiyah di Surabaya berkenaan dengan LGBT. “Tahun 2018 Zulkifli Hasan pernah sampaikan ada lima fraksi di DPR yang perjuangkan LGBT,” ungkapnya.

Maka makin menegaskan sikap mematikan mikrofon itu ia baca, bahwa Puan pun tidak suka hal terkait LGBT dibahas.

Lebih jauh Iwan mengatakan, selain tak beradab, ketika koleganya selaku wakil rakyat hendak menyampaikan aspirasi tetapi justru disumbat, menunjukkan sikap otoriter yang jauh dari keterbukaan dan menghargai pendapat orang lain.

Atas dasar itu pula, Iwan menyebut selama ini Puan hanya berlagak islami. “Jangan sok islami, ternyata bela kepentingan kaum terlaknat,” sebutnya.

Terakhir, Iwan menyinggung tentang demokrasi berikut parpol-parpol serta elite politiknya yang cenderung mengelabui rakyat. “Coba mereka terbuka sejak pemilu sampaikan pada rakyat akan bela LGBT. Coba jujur,” pungkasnya.[] Zainul Krian

Share artikel ini:

Related post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *