Solidaritas Warga Aceh untuk Muslim Uighur
Kumpul di Masjid Bersejarah Baiturrahman, massa dari Forum Ukhuwah Muslimin dan Muslimah Aceh (For UMMAh) longmarch menuju Simpang Lima Kota Banda Aceh. Aksi ini dilakukan sebagai bentuk solidaritas terhadap muslim Uyghur yang saat ini mengalami penindasan hebat oleh rezim bengis, komunis China. Massa yang berjumlah ratusan orang ini mengutuk keras pemerintah china atas penindasan tiada henti yang mereka lakukan terhadap Muslim Uyghur di sana.
Sepanjang jalan massa melakukan orasi silih berganti, sahut menyahut dengan pekikan takbir, ekpresi kemarahan yang muncul dari spirit persaudaraan terhadap Muslim Uyghur. Disimpang lima kota Banda Aceh para orator menyampaikan orasi politiknya dengan berapi-api. Tampil sebagai orator pertama Husain, mahasiswa Fakultas Syariah UIN Ar-Raniry, mengutuk keras atas bungkamnya dunia termasuk penguasa-penguasa muslim terhadap apa yang menimpa Muslim Uyghur.
Selanjutnya Ustad Rizal Fahmi dalam orasinya beliau mengutuk diamnya pemerintah kita terhadap apa yang menimpa Muslim Uyghur di China, “pemerintah kita pengecut tidak berani mengecam china, karena negara kita terlilit utang banyak dengan pemerintah China” teriak beliau kesal.
Abu Nida’ sebagai orator berikutnya mengingatkan kepada seluruh peserta aksi dan pengguna jalan bahwa sesungguhnya tak ada bedanya ummat Muslim di Indonesia, Malaysia, Pakistan, Myanmar dan Umat Islam seluruh dunia, kita tetaplah bersaudara. Persaudaraan itu tidak diikat dengan Nasab melainkan diikat dengan Aqidah Islam di bawah kalimah tauhid laillahaillallah muhammadarasulullah. “Maka mari tunjukkan sikap kita, kepedulian kita kepada muslim Uyghur. Jangan sampai mengaku mukmin namun tidak punya rasa peduli pada mukmin lainnya. Kami mengajak seluruh kaum muslimin untuk sadar, di tengah kesibukan kita, ada saudara kita yang dizalimi. Berbeda negara bukanlah alasan untuk tidak peduli” beliau mengajak sekaligus mengingatkan.
Tampil sebagai orator terakhit Ust. Ferdiansyah Sofyan, “Tidak beriman seorang mukmin apabila ia tidak mencintai saudara mukmin lainnya seperti dia mencintai dirinya sendiri. Kita beriman kepada Allah. Kita beriman bahwa Al-quran adalah kitabullah dan kita beriman bahwa ka’bah adalah kiblat kita. Respon iman kita adalah rasa marah dan benci ketika saudara seiman kita dibantai. Siapapun yang mengaku beriman, apapun profesinya, marahlah!” orasi beliau berapi-api.
Ustad Agus Ariyanto selaku ketua dari For UMMAh membacakan pers release-nya di hadapan para wartawan. Dalam release-nya For UMMAh, mengutuk keras pemerintah china atas perlakuan mereka terhadap muslim Uighur. For UMMAh juga mengingatkan apa yang menimpa Muslim Uyghur, merupakan tragedi berulang yang menambah deret panjang penindasan terhadap kaum muslimin di berbagai belahan dunia. For UMMAh, mengajak kaum muslimin untuk bersungguh-sungguh memperjuangkan tegaknya Khilafah Rasyidah ala minhajin Nubuwwah, Negara yang hadir sebagai junnah (perisai) bagi islam dan Kaum Muslimin. Daulah yang akan mengakhiri segala bentuk penindasan dan penghinaan terhadap islam dan kaum muslimin dimanapun mereka berada.
Aksi berlangsung tertib dan damai wajah-wajah penuh persaudaraan ini membubarkan diri dengan membawa pulang memori politik pentingnya kepemimpinan islam. Mengharap penguasa muslim mengerahkan militer menolong saudara muslim yang tertindas adalah kesia-siaan, karena mereka dipilih dan hadir bukan untuk itu. Ini menjadi bukti untuk kesekian kali bahwa umat butuh khilafah.