5,3 Juta Anak Stunting, Indonesia Punya PR Besar

 5,3 Juta Anak Stunting, Indonesia Punya PR Besar

Mediaumat.id – Terkait tingginya angka stunting (tumbuh kerdil/gagal tumbuh) anak Indonesia, Pengamat Masalah Perempuan, Keluarga, dan Generasi Dr. Arum Harjanti mengungkapkan bahwa Indonesia punya PR besar.

“Data stunting tahun 2021 mencapai 24,4% atau sekitar 5,33 juta anak Indonesia. Indonesia berkomitmen untuk menurunkan angka stunting menjadi 14 % pada tahun 2024. Maka dari itu Indonesia punya PR besar,” tuturnya dalam Taman Ibunda: Stunting, Antara Isu Pernikahan Anak dan Kemiskinan, Selasa (22/4/2022) di kanal Youtube Khilafah Channel Reborn.

Ia mengungkapkan, stunting menjadi permasalahan penting di Indonesia. Karena Indonesia adalah negara ke empat dengan angka stunting tertinggi di dunia, dan nomor dua se-Asia Tenggara. Ini merupakan suatu fakta yang memprihatinkan.

“Stunting adalah anak tumbuh kerdil atau gagal tumbuh. Asupan gizi yang dibutuhkan anak selama tumbuh kembang disebut dengan status gizi. Anak akan mengalami tumbuh kembang, yakni dari bayi, balita, anak-anak dan seterusnya. Pada saat tumbuh kembang, kondisi anak-anak dilihat dari status gizinya,” jelasnya.

Menurutnya, stunting ini termasuk status gizi yang memiliki berat badan dan tinggi badan kurang, tapi jika dilihat dari sisi definisi, anak itu berstatus kerdil atau kondisi gagal tumbuh. Dikarenakan kurangnya asupan gizi atau nutrisi pada anak, atau karena adanya infeksi berulang. Khususnya 1000 hari pertama dari sejak kehamilan sampai sekitar umur 2 tahun.

“Saat ini penurunan stunting rata-rata baru 2% per tahun. Seharusnya 2,7% per tahun untuk mencapai target 14 % pada tahun 2024. Berarti ini merupakan persoalan besar yang dihadapi keluarga, dan juga bangsa Indonesia,” ungkapnya.

Dampak Negatif

Ia pun membeberkan bahwa stunting harus menjadi perhatian, karena ada banyak dampak negatif.

Pertama, dari aspek individu anak akan berdampak pada kualitas bangsa Indonesia ke depannya. “Risiko yang dialami anak stunting, yaitu imunitasnya rendah, dia rentan terkena penyakit. Kemudian berpengaruh pada tingkat kecerdasan. Jadi bisa kita bayangkan generasi Indonesia masa depan akan memiliki kecerdasan yang rendah, sehingga tidak akan mudah menyerap informasi,” terangnya.

Kedua, jika dilihat dari sektor ekonomi, anak yang terkena stunting ini akan berpengaruh terhadap perekonomian, kesejahteraan, dan pendapatan negara.

“Jika diprediksi dari jumlah anak stunting sekitar 5,33 juta jiwa ini, negara akan mengalami kerugian sekitar Rp300 triliun/tahun,” pungkasnya.[] Willy Waliah

Share artikel ini:

Related post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *